Pemimpin Daerah Harus Berdialog dengan Masyarakat

Sumber:Media Indonesia - 13 Mei 2011
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Pengantar: AIRIN Rachmy Diany dan Benyamin Davnie telah dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) pada 20 April lalu. Hingga kini belum terlihat terobosan selain pernyataan segera mengatasi sampah yang sudah sedemikian memusingkan warga.

Apa langkah prioritas yang seharusnya dilakukan? Apriarto Muktiadi dari Media Indonesia memintai pendapat Koesparmadi selaku Kepala Laboratorium Pengembangan Komunitas Program Studi Perencanaan Wilayah Tata Kota Institut Teknologi Indonesia. Berikut ini petikannya. Bagaimana persoalan sampah di Tangsel?

Persoalan sampah menjadi masalah klasik di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Tangsel. Yang terpenting bagaimana pemimpin daerah mampu membuat terobosan meminimalisasi volume sampah.

Pemerintah kota harus menangani secara modern. Misalnya menciptakan tempat pengolahan sampah di lingkungan RT/RW. Keuntungan yang didapat tidak hanya dari sisi ekonomis, tetapi bisa menurunkan angka pengangguran.

Apakah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang merupakan solusi? Penyelesaian sampah tidak bisa hanya mengandalkan TPA Cipeucang. TPA bukan hanya kuno, melainkan juga tidak bermartabat, tidak masuk akal. Cara berpikirnya harus berubah, TPA tidak akan menyelesaikan. Apalagi pendirian TPA dekat dengan Sungai Cisadane.

Apa yang bakal terjadi selanjutnya jika TPA tersebut dioperasikan bisa merusak sistem sungai.

Paling ekonomis justru menggunakan karakter alam dengan menjaga fungsi sungai. Sekarang ini tidak ada yang memonitor itu.

Apa yang harus dilakukan Pemerintah Kota Tangsel de ngan banyaknya permasalahan?

Saya lebih percaya pendekatan komunitas, bukan pendekatan proyek, program, target. Forum-forum terbuka bisa dimanfaatkan. Mereka (masyarakat) bisa berbicara di sana, ada follow up dari pemda akan lebih efektif. Jangan diserahkan kepada satu pihak. Pembangunan kota itu kompleks, bisa menyangkut masalah sistem budaya, sistem nilai.

Untuk menjangkau hal-hal seperti itu, (syaratnya) tidak hanya dengan dokumen yang bagus, gambar, desain yang bagus, pemimpin yang pintar, tapi bagaimana memimpin dengan kreativitas seperti yang dilakukan Wali Kota Solo.

Ia menyelesaikan masalah pedagang kaki lima dengan menemui mereka. Itu bukan soal engineering, dokumen. Harus menyentuh masyarakat, diajak ngomong.

Kalau wali kota mau turun ke jalan, penyelesaian masalah bisa cepat. Yang lain akan menyesuaikan diri.

Sebagai warga Tangsel, apakah Anda telah merasakan kinerja pemimpin yang terpilih? Tidak ada perubahan. Saya lebih merasa sebagai warga Bintaro, bukan Tangerang Selatan, tidak ada identitas. Identitas yang kuat adalah sebagai warga perumahan Bumi Ser pong Damai dan Bintaro, bukan Tangsel.

Itu harus diterjemahkan secara jelas, fisik, dan hal tersebut membutuhkan keberanian dan ketegasan.

Penataan apa yang harus dilakukan atas tata ruang Tangsel? Tata ruang, kalau cuma begini-begini, tidak bisa, harus berani berdialog dengan publik. Biasanya yang menikmati hanya kaum elite. Kalau masyarakat tidak dilibatkan, Tangsel hanya milik pengembang.

Ekonomi yang berkembang, ya, pengembang saja. Penduduk asli akan semakin termarginalkan. (J-1)



Post Date : 13 Mei 2011