|
Produksi sampah di Jakarta paling banyak dihasilkan rumah tangga. Menurut Dinas Kebersihan DKI Jakarta, dari 6.250 ton sampah yang setiap hari dibuang, sebesar 57 persen berasal dari rumah tangga. Adapun 30 persen berasal dari pasar, serta 13 persen sisanya dari industri, hotel, dan restoran. Oleh karena itu, pengurangan dan pemilahan sampah bisa dimulai dari rumah tangga. Agar mudah, pemilahan dilakukan dengan cara memisahkan tempat sampah untuk sampah organik dan non-organik. Supaya sampah yang sudah dipisahkan tak tercampur lagi, Dinas Kebersihan DKI akan memberlakukan jadwal pembuangan sampah berlainan. Di daerah Tebet, Jakarta Selatan, misalnya, sampah organik diambil setiap hari oleh truk Dinas Kebersihan DKI. Sedangkan sampah non-organik diambil setiap hari Senin dan Kamis. Sementara sampah plastik hanya diambil setiap hari Sabtu. Ketiga jenis sampah itu dikumpulkan dalam tiga kantong plastik yang berlainan warna. Berikut gambaran pemilahan sampah yang dilakukan di Jakarta Selatan. 1. Sampah organik (kantong hijau), untuk: sayuran/buah-buahan/sampah dapur, sisa makanan, bulu ayam, kulit telor, sabut kelapa, sampah lainnya yang mudah membusuk. 2. Sampah non-organik (kantong oranye), untuk: kertas, kain dan tekstil, karet/kulit dan sejenisnya, logam/metal, kaca/gelas, baterai, tulang, busa, gips. 3. Sampah plastik (warna putih), untuk: kantong plastik, mainan plastik, kemasan alat-alat kosmetik, ember, gelas air mineral, botol plastik, plastik bekas kemasan, semua bahan plastik. Post Date : 05 Februari 2006 |