SLEMAN - Volume sampah masyarakat Kota Yogyakarta yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Kabupaten Bantul, turun 15 persen sejak awal 2009. Sebelumnya, jumlahnya mencapai 315 ton per hari. Tapi kini rata-rata jumlahnya sekitar 280 ton setiap hari.
Kepala Subbidang Daur Ulang Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Indra Sutapa, dalam Lokakarya Pengembangan Jejaring Masyarakat Pengelola Sampah Kota Yogyakarta di Dusun Mandungan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan, Sleman, kemarin, mengatakan penurunan jumlah itu disinyalir karena adanya pengelolaan sampah oleh kelompok-kelompok masyarakat. "Dengan memilah mana sampah plastik, kertas, logam dan kaca, serta sampah organik," tuturnya.
Menurut dia, di tingkat rumah tangga, pemilahan sampah telah dilakukan sejak 2005. Metode yang digunakan adalah 3R, yakni reuse (menggunakan kembali), reduce (mengurangi), dan recycle (mendaur ulang). "Dengan reuse, sampah yang biasanya dibuang jadi dipakai lagi sehingga pembuangan di TPA tertunda dan jumlah sampah berkurang," tutur Indra.
Sedangkan sampah organik diolah dengan komposter untuk dijadikan kompos. Menurut Indra, ada 30 rukun warga (RW) di Kota Yogyakarta yang membentuk paguyuban pengelolaan sampah. "Targetnya, pada 2011 nanti ada 50 ribu kepala keluarga yang memilah sampah," tuturnya.
Target itu, lanjut Indra, sebagai upaya untuk mengurangi timbunan sampah di TPA. Usia teknis TPA Piyungan hanya sampai 2012. Padahal pemerintah kota tidak mempunyai TPA sendiri. "Pemilihan sampah sebagai salah satu program unggulan kota akan menjadi suatu keharusan," ujarnya dengan mengacu Undang-Undang Nomor 8/2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Secara terpisah, aktivis lingkungan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lestari, Agus Hartono, yang telah melakukan pendampingan di kelompok warga pengelola sampah, mengapresiasi penurunan volume sampah kota tersebut. "Jika itu memang benar hasil pemilahan sampah, berarti sebuah prestasi," katanya kepada Tempo kemarin.
Dia mengakui, masyarakat Yogyakarta telah mempunyai kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah. Karena itu, lembaganya dibentuk untuk menjembatani segala persoalan sampah, dari pengelolaan hingga memfasilitasi produk kerajinan tangan. "Pemasaran kerajinan jadi stimulus keberhasilan pengelolaan sampah," tutur Agus. PITO AGUSTIN RUDIANA
Post Date : 16 April 2009
|