|
Jakarta, kompas - Memilah sampah mulai dari rumah atau lingkungan masing-masing saat ini seharusnya sudah menjadi bagian dari gaya hidup warga Jakarta. Dengan tumbuhnya kesadaran untuk memilah sampah saja, sebagian persoalan sampah bisa teratasi. Kepala Subdinas Penyuluhan dan Bina Peran Serta Masyarakat Dinas Kebersihan DKI Jakarta Rusman Sagala, Minggu (8/10), mengatakan, pemilahan dan pemanfaatan sampah harus menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan swasta. Setidaknya, yang seharusnya sudah berjalan adalah memilah sampah organik dan non- organik sejak dari sumber. "Pengolahan sampah yang modern sekalipun tetap sulit dijalankan jika sampah tidak terpisah. Kami terus berupaya untuk menyosialisasikan pemilahan ini. Sangat bagus juga jika sampai pada tahap memanfaatkan sampah," ujar Rusman. Membiasakan masyarakat membuang sampah sesuai jenisnya memang tidak mudah. Sebagai contoh, tong sampah organik berwarna hijau dan nonorganik di tong berwarna kuning yang ada di beberapa titik di kawasan industri Jakarta Industrial Estate Pulogadung, Jakarta Timur, tetap terisi sampah yang tercampur. Karena anggaran yang terbatas, penyuluhan dan pendampingan terhadap masyarakat sehingga mau memilah dan mengolah sampah di rumah atau lingkungan baru bisa dilakukan sedikitnya untuk dua kelurahan setiap tahun. Padahal, di wilayah DKI Jakarta ada 265 kelurahan. Upaya untuk membudayakan pemilahan sampah, kata Rusman, akan dilakukan secara serius. Selain untuk terus menekan volume sampah, juga berdampak terhadap efisiensi biaya pengangkutan. Jika pemilahan sampah di sumber sudah jalan, pemulung seharusnya tidak lagi ada di tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi tersebar di seluruh kelurahan. Dari sini, pemanfaatan sampah sudah bisa berjalan. Target akhirnya, pembuangan sampah ke TPA jauh berkurang. Sinergi semua pihak untuk mau memilah dan mengolah sampah perlu dilakukan supaya volume sampah DKI yang saat ini mencapai 6.000 ton per hari tidak melonjak tajam dalam 10 tahun ke depan. Dinas Kebersihan memprediksi produksi sampah DKI Jakarta pada tahun 2015 sebanyak 6.678 ton per hari. Kepala Bidang Standardisasi dan Diseminasi Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Lya Meilany Taufik beberapa waktu lalu mengatakan, upaya untuk mengurangi pembuangan sampah ke TPA itu seharusnya dikonsentrasikan di permukiman yang menjadi penghasil sampah terbesar. Pengelolaan sampah dengan sistem kumpul, angkut, dan buang sudah harus ditinggalkan. Data timbulan sampah DKI tahun 2005 menunjukkan permukiman menyumbang 3.178 ton (52,97 persen), perkantoran 1.641 ton (27,35 persen), industri 538 ton (8,97 persen), dan sekolah 319 ton (5,32 persen). (ELN) Post Date : 09 Oktober 2006 |