|
JAKARTA--MIOL: Pemerintah mulai merintis program perbaikan lingkungan di daerah tangkapan air di hulu sungai yang selama ini kondisinya kritis serta diharapkan dapat didukung masyarakat sekitar dalam memelihara lingkungan. "Dengan adanya program penghijauan ini, diharapkan masyarakat akan turut serta memelihara lingkungan di Daerah Aliran Sungai (DAS) termasuk hulu sungai," kata Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto di Jakarta, Rabu (21/9). Program yang dinamakan Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNMPA) tersebut diawali di daerah hulu sungai Cimanuk Kabupaten Garut Jawa Barat dengan dibangun arboretum atau suatu kawasan yang nantinya ditanami berbagai koleksi pepohonan termasuk pohon langka. Arboretum yang diresmikan Menteri PU Selasa kemarin berada di lokasi seluas 20 hektar di atas pegunungan serta terdapat mata air. Nantinya kawasan tersebut, menurut Menteri PU, akan ditangani langsung Pengelola Wilayah Sungai (PWS) Cimanuk. Menurut Dirjen Sumber Daya Air, Siswoko, tujuan didirikan arboretum di kawasan tersebut dalam rangka mengembalikan fungsi lahan di hulu sungai karena apabila dibiarkan serta tidak dibuat sistem terasering (bertingkat) maka lahan di kawasan tersebut rawan longsor. Program penghijauan di hulu sungai itu merupakan bagian dari rencana pembangunan Waduk Jatigede yang sumbernya berasal dari Sungai Cimanuk. Seandainya kawasan di hulu sungai sampai rusak maka bendungan akan sering mengalami sedimentasi (pendangkalan karena endapan lumpur) apabila demikian halnya maka biaya Operasi dan Pemeliharaan menjadi mahal, kata Siswoko. Sementara itu menurut Kepala Balitbang Departemen PU, Basuki Hadimulyono, program rehabilitasi DAS kritis sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2003 yang diawali di kawasan hulu sungai Ciliwung, Citandui, Cisadane serta beberapa kawasan lainnya, serta kali ini dilaksanakan di hulu sungai Cimanuk. Dalam arboretum tersebut nantinya akan disiapkan juga untuk unit penelitian terutama menyangkut pohon-pohon yang efektif untuk menahan erosi. Salah satunya yang tengah dikembangkan akar wangi yang memiliki struktur akar yang rapat serta memiliki nilai ekonomi karena akarnya dapat dimanfaatkan. Saat ini juga tengah diteliti mengenai pohon buah-buahan karena hasilnya dapat langsung dirasakan masyarakat. "Mungkin sebagai awalnya akan ditanami sebanyak 800 pohon dalam areal tersebut, untuk kemudian akan terus ditingkatkan," kata Basuki. Pembangunan serta perawatan arboretum terebut, menurutnya, sepenuhnya menggunakan dana dari APBN sedangkan untuk lahannya sendiri disiapkan oleh Pemda. Sedangkan Balitbang sendiri akan menempatkan personilnya untuk mengetahui kondisi lahan terutama untuk mengetahui tanaman yang cocok untuk dikembangkan termasuk daham hal ini tanaman langka. (ant/OL-1) Post Date : 22 September 2005 |