Nunukan, Kompas - Banjir kiriman akibat meluapnya Sungai Sembakung di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, hingga Rabu (13/4), masih menggenangi 18 desa di kawasan perbatasan dengan Sabah, Malaysia, itu. Enam desa di antaranya terendam total. Tak pernah ada solusi terhadap banjir yang rutin terjadi itu, karena hulu sungai berada di Malaysia. Pemerintah pusat diharapkan turun tangan karena ini persoalan dua negara.
”Jika mau mencari solusi agar tak ada banjir kiriman lagi, harus ditelusuri ke hulu Sungai Sembakung di Sabah, Malaysia. Sayang, kami tidak punya jaringan ke sana. Pemerintah pusat mestinya turun tangan berembuk dengan Malaysia,” ujar Hasan Basri, Kepala Subbagian Humas Pemkab Nunukan, Rabu (13/4).
Banjir kiriman karena sungai meluap juga terjadi tujuh tahun lalu, setelah mulai maraknya alih fungsi lahan untuk dijadikan areal perkebunan kelapa sawit di daerah hulu sungai. Hingga tahun lalu, warga tidak mengungsi meski ada banjir kiriman. Namun kali ini, banjir di luar dugaan.
Terdapat 18 desa di sepanjang Sungai Sembakung terendam air setinggi 1-3 meter. Terdapat enam desa yang terparah kondisinya, karena seluruh daratan tertutup air, yakni Tagul, Lubakan, Atap, Bungkul, Tunjung, dan Pagar. Terdapat 1.215 keluarga di enam desa itu.
Hasan mengatakan, pendataan kerusakan belum selesai. Namun dipastikan ratusan ternak mati. Puluhan sekolah dari SD-SMA, juga terpaksa diliburkan sampai kondisi memungkinkan.
”Kami akan mengganti kerugian petani dan peternak, namun baru dibahas berapa anggaran yang bisa dikucurkan,” ujarnya.
Lokasi desa-desa di Kecamatan Sembakung yang berada di dataran rendah ini, cukup terpencil. Dari ibu kota kabupaten Nunukan, menggunakan speedboat menyusur sungai selama 2-2,5 jam, lalu disambung dengan perjalanan darat 1,5 jam. Pada hari biasa, listrik menyala setengah hari, malam hingga pagi.
Dana reklamasi
Di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kementerian Pertanian menyiapkan dana Rp 96,825 juta guna mereklamasi lahan sawah yang rusak akibat banjir bandang di Desa Padamulya, Kecamatan Cihaurbeuti. Tujuannya, mengembalikan sumber mata pencaharian masyarakat setempat.
”Proses pemulihan mulai bulan ini, dengan harapan mata pencaharian masyarakat lekas pulih,” kata Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, Sumarjo Gatot Irianto, di Ciamis, Rabu.
Banjir bandang terjadi di Desa Padamulya pada 28 Maret 2011. Peristiwa itu melumpuhkan aktivitas di enam dusun dan menewaskan empat orang warga. Selain itu, 200 rumah warga dan 4 saluran irigasi rusak. Taksiran kerugian Rp 3,241 miliar.
Gatot mengatakan, dana Rp 90 juta disiapkan untuk 20 hektar sawah yang rusak. Disediakan pula dana Rp 6,825 juta untuk pengadaan 975 kilogram benih.(pra/che)
Post Date : 14 April 2011
|