Pemerintah Belum Merespons

Sumber:Suara Pembaruan - 23 Juli 2009
Kategori:Air Minum

[MEDAN] Pemerintah belum juga merespons keluhan masyarakat Desa Lau Mulgap dan Timbang Lawan, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), untuk mengatasi kesulitan masyarakat dalam mendapatkan air bersih.

"Belum ada perhatian pemerintah untuk daerah ini. Masalah krisis air memang sudah biasa di daerah kami, namun tidak pernah menjadi perhatian serius oleh pemerintah meski sudah dikeluhkan," ujar Hamdani (50), warga Desa Lau Mulgap saat ditemui, di Medan, Rabu (22/7).

Masyarakat sudah sering mengeluhkan masalah air bersih yang sulit didapatkan masyarakat. Untuk mendapatkan air tersebut, masyarakat harus melakukan pembelian.

"Bila memungkinkan, pemerintah menurunkan bantuan untuk membangun saluran air dari sungai menuju permukiman masyarakat. Setiap musim kemarau, kesulitan mendapatkan air selalu dirasakan," ujar warga Desa Lau Mulgap, Hariantyo Ismail (50).

Keluhan tersebut dulu pernah disampaikan masyarakat melalui perangkat pemerintahan, dari kepala desa sampai ke tingkat kecamatan. Namun, sejauh ini realisasi dari janji pemerintah belum juga dirasakan.

"Kejadian ini sudah berjalan hampir dua bulan. Sampai saat ini, belum ada perhatian dari pemerintah untuk membantu masyarakat sini," ujar Budi Ginting (45) saat ditemui di rumahnya di Desa Lau Mulgap, Kecamatan Namorambe, Kabupten Deli Serdang.

Hal senada juga disampaikan Hendra Gunawan (48) warga asal Desa Timbang Lawan. Kekeringan akan semakin parah bila tidak ada perhatian pemerintah untuk menghijaukan kawasan hutan di dekat daerah tersebut.

Meluas

Sementara itu, krisis air di Bengkulu meluas ke sejumlah daerah tingkat II di Bengkulu. Warga di sejumlah kabupaten di Bengkulu sejak dua pekan ini mulai kesulitan mendapatkan air, karena air sumur mereka sudah mengering. Air sungai yang selama ini banyak digunakan warga setempat juga mulai mengering.

"Sebagian warga di Kecamatan Ipuh, Kabupaten Muko-Muko sudah mulai kesulitan mendapat air, karena sumur mereka sudah kering setelah hujan tidak turun di daerah hampir satu bulan belakangan," kata warga Bengkulu Singgi (32).

Dikatakan, sebagian sumur warga di Kecamatan Ipuh sudah mengalami kekeringan, sehingga warga mulai kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari. Ini terjadi karena di Ipuh belum ada pelayanan air bersih dari PDAM Muko-Muko, sehingga warga masih mengandalkan sumur untuk memenuhi kebutuhan air.

"Jadi, sejak hujan tidak turun sebulan ini, warga Ipuh mulai kesulitan mendapatkan air bersih," ujarnya.

Krisis air serupa juga dialami sejumlah warga di Arga Makmur, Bengkulu Utara. Supriadi (47), warga setempat mengatakan, sebagian sumur warga yang berada di dataran tinggi di Arga Makmur sudah mulai kekeringan setelah hujan sudah satu bulan lebih tidak turun di daerah ini.

Untuk mendapatkan air bersih sebagian warga di Kota Arga Makmur terpaksa membeli ke PDAM. Harga satu tangki air bersih di daerah ini Rp 60.000 isi 5.000 liter. Untuk keluarga kecil air satu tangki cukup satu minggu.

"Sekarang ini hampir sebagian warga di Arga Makmur sudah mulai sulit mendapatkan air bersih, karena air sumur mereka berkurang pada musim kemarau ini. Bagi mereka yang mampu membeli air ke PDAM. Yang tidak mampu terpaksa minta ke tetangga yang berlangganan PDAM untuk kebutuhan minum dan masak," ujarnya.

Sedangkan, untuk kebutuhan mencuci dan mandi, masih mengandalkan air sumur yang ada dengan cara berhemat. "Terus terang kalau hujan tidak turun dalam dua minggu lagi terpaksa harus membeli air ke PDAM, karena debit air sumur terus berkurang. Jadi, mandi dan mencuci terpaksa beli ke PDAM Arga Makmur," ujarnya. [AHS/143/080/070/149]



Post Date : 23 Juli 2009