|
Makassar, Kompas - Sampah dan kurangnya ruang terbuka hijau hingga kini masih menjadi masalah lingkungan perkotaan yang dihadapi oleh 107 pemerintah kabupaten/kota di Sulawesi, Maluku, dan Papua. Penanganan sampah yang masih sangat konvensional, dengan cara mengangkut dan membuang, akan menjadi ancaman lingkungan yang cukup serius seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya produksi sampah. Hal itu dikatakan Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sumapapua) Ilyas Assad di Makassar, Kamis (8/6). Sehari sebelumnya, dalam seminar "Mencegah Bencana Lingkungan", Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mengatakan, masalah lingkungan yang dihadapi pemerintah kota/ kabupaten saat ini cukup kompleks dan harus ditangani serius. "Seluruh kota/kabupaten di Sumapapua menghadapi masalah yang sama, yakni sampah. Hal itu antara lain soal meningkatnya produksi sampah dan kurangnya armada pengangkutan yang menyebabkan 30-40 persen sampah tidak terangkut setiap hari," kata Ilyas. Kota Makassar yang jadi gerbang kawasan timur Indonesia, misalnya, mempunyai penduduk 1,2 juta. Produksi sampahnya lebih dari 3,5 juta meter kubik per hari. Sementara itu, armada pengangkut sampah yang ada hanya 135 unit. Dengan demikian, baru 54 persen sampah yang terangkut. Selebihnya masih menumpuk di mana-mana, di jalan, kanal, dan sebagainya. Hal seperti ini, lanjut Ilyas, terjadi pula di seluruh kota/kabupaten di Sulawesi Selatan dan Sumapapua. Sudah 70 persen Kepala Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Makassar Burhanuddin mengatakan, setiap hari sekitar 400 ton sampah yang diangkut dari berbagai tempat di Kota Makassar masuk ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah Tamangapa. Kendati mengakui belum semua sampah terangkut, dia mengatakan, sampah yang terangkut sebanyak 70 persen, bukan 54 persen. Ilyas mengingatkan, sudah saatnya pemerintah kota/kabupaten memikirkan untuk mengelola sampah dengan cara yang lain, bukan seperti cara konvensional selama ini, yakni diangkut dan dibuang. "Jumlah penduduk kian bertambah, produksi sampah pun ikut meningkat, padahal areal pembuangan kian sempit. Kalau tidak dipikirkan sejak sekarang untuk mengelola sampah dengan cara lain, misalnya diolah untuk pupuk atau barang berguna lainnya, maka beberapa tahun lagi semua kota akan mengalami seperti kasus Leuwigajah atau Bandung," kata Ilyas. (Ren) Post Date : 09 Juni 2006 |