|
Bandung, Kompas - Rencana pembangunan tiga sumur artesis dengan kedalaman 150 meter pada proyek apartemen dan mal Braga City Walk, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumurbandung, Kota Bandung, perlu dikaji ulang. Alasannya, pembangunan sumur itu dikhawatirkan semakin menyurutkan volume air tanah di Kota Bandung. Selama ini penggunaan air tanah yang berlebihan di kawasan padat Kota Bandung disinyalir menjadi salah satu penyebab sumur milik penduduk kering sepanjang musim kemarau. Demikian dikatakan pakar hidrologi Institut Teknologi Bandung, Dr Ir Arwin Sabar MSc, pekan lalu. "Jika pengambilan air tanah yang melebihi kapasitas dibiarkan, jangan kaget jika lima hingga 10 tahun mendatang sumur-sumur air milik penduduk di Kota Bandung akan kering," tandasnya. Ia mengimbau PT Bina Mitra Mandiri (PT BMM), sebagai pihak pengembang Braga City Walk (BCW) untuk meninjau ulang pembangunan sumur sedalam 150 meter tersebut. Pembangunan proyek BCW, yang meliputi kompleks apartemen dengan ketinggian 18 lantai dan mal, seharusnya diimbangi dengan pembuatan sumur artesis yang melebihi kedalaman 200 meter sehingga tidak mengganggu pasokan air penduduk. Di tempat terpisah, Direktur Teknik PT BMM, Harry Sudarsono, membantah jika penggalian sumur artesis dapat mengurangi pasokan air untuk penduduk. Harry mengatakan, penggalian sumur artesis tidak akan mengurangi jumlah air di permukaan karena air di lapisan permukaan tertahan lapisan keras sehingga tidak merembes hingga ke lapisan air tanah. Harry membantah jika penggalian tanah untuk pembangunan proyek BCW menyebabkan kekeringan air pada kawasan permukiman. (LUQ) Post Date : 26 Oktober 2004 |