|
BANDUNG, (PR).-Ekspose tim feasibility study (FS) Institut Teknologi Bandung (ITB) menunjukkan bahwa pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) memenuhi syarat dan merupakan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Bandung. "Hal itu dilihat dari aspek teknologi, ekonomi, dan legal," kata Wali Kota Bandung Dada Rosada yang menyambut baik hasil paparan Tim FS PLTSa ITB yang diketuai Dr. Ir. Ari Darmawan Pasek, di Hotel Grand Aquila, Jln. Djundjunan Kota Bandung, Kamis (31/5) malam. "Tadi kan kita sudah saksikan sendiri penjelasan tim FS ITB, bahwa PLTSa merupakan solusi tuntas untuk mengatasi masalah sampah di Kota Bandung. PLTSa ramah lingkungan, dan bisa mengurangi biaya publik dari APBD untuk mengatasi masalah sampah," ucapnya. Oleh karena itu, menurut Dada, apa pun yang terjadi Pemkot Bandung tidak akan mengurungkan niatnya untuk membangun PLTSa di Gedebage. "Kami tidak akan mundur. Karena untuk masalah sampah di Kota Bandung, kita tidak bisa lagi memakai sistem open dumping, sanitary landfill ataupun menerapkan 3 R (reduce, reuse, dan recycle -red.). Jadi, PLTSa merupakan solusi terbaik," katanya menegaskan. Ekspose hasil FS PLTSa malam itu juga dihadiri para kepala dinas. Dari unsur legislatif terdapat anggota Komisi D DPRD Jabar Imam Wahyudi, dan Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Bandung Iqbal M. Abdul Karim. Beberapa unsur masyarakat sekitar lokasi juga turut hadir dan menyampaikan aspirasi. Pada kesempatan itu, Dada menantang pihak ITB dan PT Bandung Raya Indah Lestari (PT BRIL) selaku investor agar bisa melakukan peletakan batu pertama pada Juli 2007. Namun, pihak tim FS PLTSa ITB mengaku analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) PLTSa Gedebage tidak akan selesai dalam waktu satu bulan. "Paling lambat 10 minggu. Namun kami akan usahakan secepatnya selesai," ujar Ari menjawab tantangan Dada tersebut. Berdasarkan kajiannya di beberapa negara, jenis PLTSa yang paling cocok diterapkan di Kota Bandung adalah PLTSa kondensor berpendingin air. Kapasitas PLTSa yang akan dibangun sebesar 500 ton sampah. Kebutuhan air untuk PLTSa jenis ini sebanyak 20 liter per detik. "Karena daerah Gedebage itu cadangan air tanahnya sedikit, maka kami merekomendasikan agar menggunakan air olahan dari instalasi pengolahan air limbah (IPAL) milik PDAM Kota Bandung yang berlokasi di Bojongsoang," ujarnya. Ari memaparkan bahwa PLTSa juga ramah lingkungan. Racun hasil pembakaran sampah, dioksin, yang sangat ditakutkan ternyata bisa terurai dalam waktu tidak lebih dari dua detik pada temperatur 850-900 derajat Celsius. Dioksin bisa dihasilkan dari proses pembakaran senyawa yang mengandung klorin dengan hidrokarbon pada temperatur rendah sekitar 250 derajat Celsius. "Justru dioksin itu dihasilkan dari pembakaran sampah yang dilakukan rumahtangga karena temperaturnya kurang dari 850 derajat Celsius," katanya. Standar emisi yang berlaku di Indonesia, menurut Ari, adalah Kepmen Lingkungan Hidup No. 13 tahun 1995 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak. Dalam kepmen tersebut, belum tersedia baku mutu untuk dioksin dan karbon monoksida (CO). Oleh karena itu, untuk sementara tim FS menggunakan standar baku mutu yang berlaku di Cina, khusus untuk kedua senyawa tersebut. Aspek sosial Kendati mendapat sambutan baik dari wali kota, beberapa pihak yang hadir menegaskan, agar kajian tak hanya dari aspek legal, ekonomi, dan teknologi. Akan tetapi, itu harus juga menyentuh aspek sosial sehingga hak-hak masyarakat di sekitar pembangunan PLTSa bisa terakomodasi. "Aspek sosial yang akan dikaji dalam Amdal nanti harus menjadi perhatian. Dan, dalam perencanaan sebaiknya ada perubahan pola sosialisasi. Jangan hanya pemkot yang mengadakan sosialisasi tapi juga tim FS ITB turun langsung dan menjelaskan pada masyarakat keuntungan PLTSa seperti yang dilakukan sekarang pada kami," ujar Iqbal M. Karim. Yayan, salah seorang warga Cempaka Arum yang juga hadir mengatakan, agar hak dan keinginan masyarakat yang akan disampaikan kepada tim Amdal seyogianya menjadi perhatian. "Pembuatan Amdal juga harus melibatkan kami. Segala aspirasi dan keresahan kami, warga setempat, dengan dibangunnya PLTSa di sana harap diserap tim Amdal dan dicari solusinya, sehingga keinginan masyarakat bisa benar-benar terakomodasi," katanya tegas. Sekdakot Bandung, Edi Siswadi menegaskan bahwa setelah ekspose tersebut, upaya sosialisasi akan dilanjutkan, terutama untuk masyarakat sekitar lokasi PLTSa. (A-154/A-156) Post Date : 02 Juni 2007 |