|
MAROS-- Rencana pembangunan instalasi penjernihan air (IPA) baru PDAM Maros masih terkatung-katung. Masih harus melalui proses panjang, termasuk masalah dana yang rencananya dikucurkan Bank Asia (ADB) sebesar Rp59,9 miliar lebih. Direktur Utama (Dirut) PDAM Maros, HM Sanusi BA di ruang kerjanya, Selasa 14 Juni kemarin mengakui kalau kendala utama rencana pembangunan IPA itu tergantung ADB. Tidak hanya lokasinya, tapi juga pendanaannya ditentukan bantuan ADB. "Sebelumnya, pembangunan IPA baru direncanakan di Bungaeja, di daerah perbatasan Pangkep-Maros, namun belakangan tempat itu dinilai debit airnya tidak memungkinkan. Selanjutnya rencana IPA baru tersebut dipindahkan ke Tompobulu," terangnya. Namun untuk pembangunan IPA Tompobulu dengan berharap sumber air dari Sungai Maros katanya, juga masih menyisakan sejumlah persoalan. Meski debit airnya dianggap mencukupi, namun kandungan kadar garamnya tinggi. "Jadinya kita lihat saja nanti hasil kerja tim ADB yang rencananya turun melakukan survei lanjutan Juli mendatang. Sekali lagi, Proyek IPA itu tergantung ADB, terutama menyangkut bantuan dananya," imbuh Sanusi. Meski demikian, Sanusi tetap berharap pembangunan IPA tersebut mengingat Butta Salewangang tergolong daerah sering mengalami krisis air bersih setiap musim kemarau. IPA Bantimurung dan Patontongan menurut Dirut, belum bisa diandalkan untuk mengatasi masalah air bersih yang selalu melanda masyarakat. IPA Bantimurung katanya, hanya mampu memproduksi 50 liter air/detik. Demikian pula IPA Patontongan hanya 40 liter air/detik. Artinya kedua IPA tersebut hanya mampu memproduksi 90 liter air/detik. Dengan produksi tersebut diakui Sanusi, sangat sulit bisa memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat yang terus mengalami peningkatan setiap tahun. "Karena itu, kita sangat berharap dengan pembangunan IPA baru sekiranya mampu memproduksi air dengan debit besar. Dengan IPA baru diharapkan kebutuhan masyarakat sudah bisa terpenuhi," tambahnya. Sementara menyangkut IPA Lekopaccing di Kecamatan Tanralili, Sanusi mengakui kalau produksinya seluruhnya disalurkan ke Makassar guna memenuhi kebutuhan pelanggan PDAM kota itu. "Kita tidak bisa berharap air dari Lekopaccing. Sumber air di sana seluruhnya PDAM Makassar," tandas Sanusi. Ditanya soal Lekopaccing yang sebelumnya dipersoalkan Ketua Panitia Anggaran DPRD Maros, Ir H Hatta Rahman dengan meminta perlunya peninjauan ulang perjanjian antara Pemkab dengan Pemkot, Sanusi mengaku tidak tahu menahu kalau ada perjanjian sebelumnya. "Mudah-mudahan dia (maksudnya Hatta Rahman) betul-betul mau membawa masalah tersebut ke rapat pleno DPRD. Dengan demikian persoalan Lekopaccing akan lebih jelas lagi. Masyarakat Maros sendiri mengetahui kalau setiap tahun kita selalu kekurangan air bersih. Ironisnya di pihak lain, kita mensubsidi air ke Makassar. Ini memang perlu dibicarakan," ujarnya. Post Date : 15 Juni 2005 |