Pemasokan Air dari Bendungan Digilir

Sumber:Media Indonesia - 21 September 2011
Kategori:Air Minum

PENGELOLA sejumlah bendungan harus berpikir keras untuk mengatasi dampak kekeringan. Saat debit air terus menurun, yang bisa mereka lakukan ialah mengatur distribusi.

Strategi itulah yang dilakukan pengelola Bendungan Tilong, di Desa Oelnasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kemarin, air disalurkan secara bergiliran untuk lebih dari 100 hektare areal persawahan.

Langkah itu dilakukan karena sumber air Bendungan Tilong terus menyusut selama tiga bulan terakhir. Penyusutan air sudah mencapai lebih dari 10 juta meter kubik, dari kapasitas tampung 40 juta meter kubik.

“Kami gunakan sistem pengairan bergilir supaya semua areal persawahan bisa kebagian air,“ kata Titus Babys, pengelola bendungan yang juga petani.

Dengan kebijakan itu, sebagian besar sawah di daerah tersebut masih bertahan dan tidak puso. Namun, sekitar 20 hektare lahan tidak tera liri sehing ga mulai retak dan tanamannya terancam gagal panen.

Di Tulungagung, Jawa Timur, ketersediaan air di Waduk Wonorejo juga kritis. Debit air berada pada titik ambang terendah atau 153 meter di atas permukaan laut.

“Air di waduk masih bisa mengaliri ratusan hektare sawah hingga 3 bulan mendatang. Selama musim kemarau, penurunan elevasi air mencapai 0,5 meter per hari,” kata Kepala Divisi ASA II Perum Jasa Tirta, Taufi rurrahman.

Waduk Wonorejo tercatat sebagai bendungan terbesar di Asia Tenggara, dengan kapasitas 122 juta meter kubik. Air waduk mampu menggerakkan turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air Niama, yang menghasilkan daya 6 Megawatt.

Sampai kemarin, dampak kekeringan dilaporkan terus meluas. Di Bali sudah ada 900 hektare sawah yang gagal panen. Kabupaten Jembrana mengalami kekeringan terparah, sehingga 700 hektare sawah tidak bisa diselamatkan. Di Jawa Timur, kekurangan air bersih dilaporkan melanda 56 desa di 12 kecamatan di Kabupaten Lamongan. Ribuan telaga dan sumur sudah kerontang.

“Sudah tiga bulan ini kami kesulitan mendapatkan air bersih,“ aku Suniati, warga. Nasib serupa juga dialami sekitar 600 jiwa warga yang tinggal di Dusun Umbulsari, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta. “Mereka kekurangan air bersih akibat kemarau,“ kata Camat Piyungan Sigit Widodo. (PO/ AS/YK/AU/LD/RF/N-2)



Post Date : 21 September 2011