Lumpur sedimentasi Instalasi Pengolahan Air Pusdiklat Migas yang saat ini mencapai ± 30 m3/ hari, dibuang langsung ke Sungai Bengawan Solo, sehingga perlu pengelolaan ataupun pemanfaatan. Studi pemanfaatan lumpur sedimentasi sebagai koagulan cair bertujuan sebagai upaya mencari alternatif pemanfaatan lumpur sedimentasi disamping juga untuk menghemat pemakaian tawas (Al2SO4) sebagai koagulan. Hasil penelitian menunjukkan koagulasi dengan menggunakan lumpur sedimentasi pada penambahan lumpur 7,5 mL mampu menurunkan kekeruhan sampai 4,96 NTU dan warna 105 PtCo (kekeruhan air baku 11,645 NTU dan warna 150 PtCo). Lumpur recovery adalah lumpur sedimentasi yang ditambahkan asam sulfat untuk me-recovery Al(OH)3 menjadi Al2(SO4)3. Penelitian dilakukan dengan metode jar test. Pada variasi optimum dosis tawas 60 ppm dan dosis lumpur recovery 40 ppm mampu menurunkan kekeruhan dari 11,645 NTU menjadi 1,43 NTU (penurunan kekeruhan sebesar 9,215 NTU atau 87,72%. Penurunan warna pada variasi dosis tersebut sebesar 60 Unit PtCo ( penurunan warna 60 %). Bardasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 907/MENKES/SK/VII/2002 kekeruhan standar baku air minum adalah 5 NTU dan warna adalah 15 PtCo. Asam sulfat (H2SO4) yang digunakan untuk me-recovery lumpur sedimentasi terlalu mahal untuk diaplikasikan di lapangan. Pustaka ini tersedia di Perpustakaan Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Telp. 024-76480678 (Ibu SRI)
Post Date : 05 Januari 2009
|