|
YOGYAKARTA, KOMPAS - Padamnya aliran listrik berpengaruh terhadap kualitas air Perusahaan Air Minum Daerah Tirta Marta Kota Yogyakarta. Ini dikarenakan, 70 persen sumber energi yang dipakai memompa air tanah masih menggunakan listrik. Direktur PDAM Tirta Marta Dachron Saleh mengemukakan air sempat keruh saat aliran listrik kembali hidup, tetapi hanya sekitar lima menit. Setelah itu, air pun jernih kembali. "Untuk sumur dalam memakai pompa semua, sedangkan sumber yang berasal dari mata air dan sumur dangkal hanya menimba, kemudian mengalirkannya memakai gravitasi. Kalau listrik padam, pengelolaan terganggu," katanya usai saat rapat dengan Komisi II DPRD Kota Yogyakarta, Senin (23/6). Selama ini, ada 34 sumur dalam yang dipakai untuk menyuplai air ke masyarakat. Jumlahnya akan bertambah tiga lagi. PDAM Tirta Martha juga masih memanfaatkan mata air di Kalikuning, Cangkringan, Sleman, guna memenuhi sebagian dari kebutuhan masyarakat. Menurut Dachron, masalah muncul saat PDAM menggunakan tekanan udara dalam rangka membantu mengalirkan air. Saat listrik padam, otomatis selama 2-3 jam pipa yang mengalir ke masyarakat kosong. "Kami menggunakan tekanan udara agar pipa yang kosong terisi dan airnya cepat sampai ke rumah tangga. Kalau hanya mengandalkan gravitasi laju air, bisa sampai satu hari ke rumah pelanggan. Nanti konsumen marah," tuturnya. Saat mengaktifkan tekanan udara itulah, diperkirakan kerak-kerak yang menempel pada pipa tua ikut terkikis oleh kuatnya tekanan. Kikisan kerak ini kemudian masuk ke rumah tangga. Semakin kerap listrik padam, maka semakin sering pula air kotor masuk ke masyarakat. "Inilah yang kemudian dikeluhkan masyarakat, kok, airnya keruh," ucapnya. Mengenai penggunaan sumber energi lain, seperti genset, menurut Dachron pihaknya terkendala bahan bakar, seiring pembatasan pembelian yang dilakukan pihak stasiun pengisian bahan bakar untuk umum. Pada kesempatan ini, Dachron mengungkapkan kondisi air sumur dalam di semua tempat di DIY sama, yakni berwarna kecoklatan akibat kandungan besi (Fe) dan mangan (Mn) yang cukup besar. "Untuk mengatasi diperlukan instalasi penjernih air sebagaimana di Karanggayam dan Bedog yang sudah diolah sehingga hasilnya bagus, cuma yang di Karanggayam sedang dibuat. Akhir tahun selesai," ujarnya. (WER) Post Date : 25 Juni 2008 |