|
BANJARNEGARA-Sejumlah pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Banjarnegara, mengeluhkan pelayanan yang kurang prima. Air PDAM sejak beberapa minggu belakangan ini surut dan tak banyak alirannya. Bahkan di sejumlah daerah, airnya hanya mengalir pada malam hari selama beberapa jam saja. Setelah itu, tak ada lagi air keluar dari kran air mereka. "Sejak beberapa minggu kemarin alirannya sudah tak lancar dan biasanya ketika malam hari setelah jam 23.00 saja. Namun, kemarin hingga waktu sahur sekitar pukul 03.00, airnya hanya separuh bak saja yang mengalir sehingga praktis hanya cukup untuk mandi anak-anak," urai Agus, pelanggan asal Wangon, Banjarnegara. Masalah yang dialami Agus juga dialami sejumlah pelanggan lainnya baik di sekitar wilayah perkotaan maupun pelanggan yang berdomisili jauh di luar kota. Rata-rata, mengeluhkan debit air yang mereka terima jauh menurun dari hari-hari sebelumnya, padahal mereka merasa tak telat membayar biaya PDAM per bulannya. Mengomentari hal ini, Kepala Bagian Teknik, Rusmanto dan Kepala Bagian Administrasi Keuangan PDAM Banjarnegara, Edi Taufik menjelaskan, sejak dua bulan terakhir atau setelah dimulai musim kemarau, debit air di sumber mengalami penurunan. Sumber air perusda tersebut yang debitnya turun drastis, berada di Desa Kendaga, Kecamatan Banjarmangu, tepatnya di bawah Bukit Pawinihan. "Penurunan hingga 10 liter per detik dari semula 22 liter per detik. Akibatnya pengisian air ke bak penampungan mengalami perpanjangan waktu hingga 12 jam. Praktis, ketika air di penampungan penuh, maka butuh waktu lama untuk sampai ke pelanggan," urai Rusmanto, kemarin. Tak Bisa Ditambah Rusmanto mengemukakan, sumber air di Desa Kendaga yang digunakan untuk mengisi bak berkapasitas 450 meter kubik, juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan mereka ketika malam hari. Praktis PDAM harus berbagai dan hanya bisa memanfaatkan sejak pagi hingga siang hari. Karena itu, pasokan air yang debitnya sudah turun tersebut tak bisa ditambah. Sedangkan tiga sumur air di jalur Kenteng, sementara tak difungsikan karena biaya produksinya tinggi sementara hasilnya hanya 11,5 liter/ detik dari tiga sumur. Padahal, minimal satu sumur harus bisa menghasilkan 11,5 liter/ detik. Biaya operasional listrik untuk satu unit sumur per bulannya mencapai Rp 740 ribu, mengikuti tarif industri. (H25-36) Post Date : 27 September 2006 |