BANDUNG, (PR).- Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung tidak akan mengabulkan seluruh permintaan masyarakat yang hendak menjadi pelanggan. Hal itu dilakukan guna meminimalisasi kesulitan air di beberapa wilayah di Kota Bandung.
Direktur Utama PDAM Tirtawening Jaja Sutardja mengatakan, hingga saat ini banyak masyarakat yang mengajukan permohonan untuk berlangganan air dari PDAM. Hanya, sumber air yang dimiliki PDAM belum bertambah.
"Kami melakukan seleksi bagi masyarakat yang mengajukan permohonan. Kami memilih pelanggan baru berdasarkan kriteria ketersediaan air di lokasi tempat tinggal mereka," ujarnya di Bandung, Sabtu (21/8).
Jaja mencontohkan, PDAM Kota Bandung akan memprioritaskan daerah yang tidak sulit dijangkau jaringan PDAM. "Selain itu, kami mesti melihat juga kondisi jaringannya," katanya pula.
Menurut Jaja, dari 200 kilometer jaringan PDAM mulai sumber air hingga rumah (bangunan) pelanggan, diperkirakan beberapa diantaranya ada yang bocor. Kendati demikian, PDAM tidak dapat menjelaskan bagian jaringan mana yang mengalami kebocoran tersebut.
Persoalannya, karena kebocoran yang sering terjadi adalah kebocoran sebesar rambut sehingga sulit dideteksi. "Maklum, usia pipa jaringan sudah tua. Hampir 30 persen jaringan PDAM dibuat tahun 1950-an," ucapnya.
Berdasarkan kondisi itu, lanjutnya, kualitas air PDAM Tirtawening terkadang berbau karat. Diakui Jaja, bau tersebut karena perjalanan air menempuh jaringan pipa besi yang panjang. "Sebetulnya kualitas air PDAM sudah baik. Coba saja datang ke instalasi pengolahannya, tidak ada bau karat besi sama sekali," katanya lagi.
Cijerah
Jaja menuturkan, tahun ini PDAM Tirtawening menargetkan kenaikan pelanggan hingga 10.000 orang. Sementara jumlah pelanggan saat ini mencapai 147.153 orang.
Beberapa wilayah di Kota Bandung yang kesulitan mendapatkan air bersih dari PDAM Tirtawening antara lain Cijerah. Jika wilayah lain debit airnya mencapai 2.800 liter per detik, debit air di wilayah Cijerah hanya mencapai 4 liter per detik.
Terkait dengan hal itu, kata Jaja, untuk mengantisipasinya selain menyeleksi calon pelanggan baru, juga penggiliran air atau penggalian sumber air (sumur) baru.
Salah seorang warga Cijerah, Budi (27) mengatakan, air PDAM mengalir setiap dua hari sekali. "Itu pun tidak maksimal. Mungkin untuk berbagi dengan warga lainnya," tuturnya.
Selama beberapa tahun, Budi mengaku, mengalami kesulitan mendapatkan air bersih di Cijerah. "Kalau menggunakan sumur, airnya kadang tidak jernih. Namun air dari PDAM juga sama sulitnya. Katanya ada kebocoran jaringan," ujarnya. (A-176)
Post Date : 23 Agustus 2010
|