|
BANDUNG, (PR).-Pencemaran Sungai Cikapundung terjadi hampir merata mulai dari hulu hingga ke bagian tengahnya. Kerusakan kualitas air itu banyak diakibatkan oleh limbah rumah tangga maupun limbah kotoran ternak. Kondisi itu terungkap dalam Peringatan Hari Air Sedunia 2007 yang diselenggarakan Kelompok Kerja Komunikasi Air (K3A) dengan tema Pelajar Peduli Air, Monitoring Sumber Air Bagi Kehidupan, Kamis (22/3). Dalam kegiatan itu, puluhan pelajar Kota Bandung dari SMA 4, SMA 14, SMA Muthahari, SMA 7, dan MAN 2 melakukan pengukuran dan penelitian kualitas air dan menganalisis sumber-sumber air di lima titik wilayah DAS Cikapundung. Mereka juga melakukan penelitian di mata air Cikareo, yang debitnya menyusut hingga 2/3 dari kondisi awal Kegiatan ini untuk mengajak generasi muda Kota Bandung melihat langsung bagaimana kondisi air di Sungai dan anak sungai Cikapundung, kata Koordinator K3A, Dine Andriani. Water Resources Management Specialist dari Environmental Services Program (ESP) Asep A.S. Mulyana mengatakan selain perbaikan kuantitas juga harus dilakukan perbaikan kualitas air Cikapundung. Tapi, program itu jelas membutuhkan waktu lama. Aldipa (14), siswa MAN 2 Bandung mengatakan, dirinya sangat prihatin dengan kondisi air Cikapundung. Padahal, Cikapundung adalah maskot Kota Bandung, tapi kok sangat kotor dan tercemar, katanya. Sebelumnya Lembaga Bina Lingkungan (Lembing) juga melakukan hal yang sama. Mereka mengajak para pelajar untuk meneliti kualitas air Sungai Cidurian dan Cikapundung. Menurut hasil penelitian, kualitas air kedua sungai itu buruk. Penyebabnya adalah banyaknya limbah pabrik dan limbah rumah tangga. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya sampah plastik di sepanjang aliran sungai, ujar Ketua Lembing H. Hikmat Trimenda. (A-154) Post Date : 23 Maret 2007 |