|
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Kalimantan Tengah hingga kini kesulitan meningkatkan kualitas produksi air bersih karena terkendala dana, dan kondisi tersebut dikeluhkan masyarakat setempat. Risma warga Jalan Tjilik Riwut Sampit, mengakui, air yang disalurkan PDAM Sampit sering keruh dan berwarna kecoklat-coklatan hampir sama seperti warna air Sungai Mentaya yang belum diproses PDAM. Risma mengaku terpaksa menampung air PDAM itu selama satu malam untuk menurunkan kotoran sebelum digunakan untuk air minum dan memasak. "Hanya untuk mandi dan mencuci saja air PDAM itu dapat digunakan langsung, sedangkan untuk memasak kami harus menurunkan kotorannya dulu," katanya. Namun yang membuatnya heran kenapa air isi ulang yang ada di Sampit yang bahan bakunya berasal dari PDAM Sampit airnya bisa begitu bersih, berbeda yang dihasilkan PDAM Sampit. Direktur Utama PDAM Sampit Ir Sutrisno mengatakan, pihaknya kesulitan membuat air PDAM Sampit benar-benar bersih karena perlu dana sedikitnya Rp15 miliar untuk membangun bak penampungan besar sebelum air disalurkan kerumah pelanggan, serta membutuhkan lokasi yang luas untuk tempat pembangunan bak tersebut. Sementara PDAM Sampit tahun 2004 lalu mengalami kerugian sebesar R 159 juta. Menurutnya, air yang diolah PDAM langsung disalurkan ke rumah penduduk tanpa proses pengendapan terlebih dahulu, namun air yang disalurkan sudah memenuhi standar kesehatan. Sedangkan bersihnya produksi air isi ulang yang ada di Sampit, menurut Sutrisno karena mengunakan sistim karbonaktif yang tidak bisa diterapkan di PDAM Sampit karena kapasitasnya air yang diproduksi PDAM sangat besar. PDAM Sampit saat ini lebih mengutamakan penambahan jaringan dan kapasitas produksi air dari 150 liter per detik menjadi 250 liter per detik guna memenuhi kebutuhan air warga Sampit setempat. "Setelah kebutuhan air terpenuhi maka secara bertahap memperbaiki kualitas air PDAM kearah yang lebih bersih," katanya.ant Post Date : 03 Agustus 2005 |