PDAM Sulit Cari Sumber Air

Sumber:Koran Sindo - 13 Desember 2008
Kategori:Air Minum

SOLO (SINDO) – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Solo kesulitan untuk mencari sumber air baru. Pasalnya,sejumlah alternatif pilihan yang selama ini digunakan sudah tidak memungkinkan untuk diterapkan.

Direktur Utama (Dirut) PDAM Kota Solo Singgih Triwibowo mengatakan,saat ini sumber air PDAM baru mencapai 897 liter per detik, dari jumlah itu, 387 liter per detik di antaranya berasal dari mata air Cokrotulung yang berada di luar wilayah Kota Solo. Sedangkan, dari Kota Solo di antaranya berasal dari hasil industri pengolahan air (IPA) Bengawan Solo di Jurug.

”Sedangkan pada jamjam tertentu pada puncak musim kemarau, kami tidak berani mengolah air Bengawan Solo karena kandungan pencemaran tinggi,” ujarnya kemarin. Padahal, diharapkan PDAM mampu menyuplai sebanyak 80% (80.298 rumah tangga) dari total warga Kota Solo. Sementara sejauh ini, baru sekitar 58% (54.000 pelanggan) yang mampu terlayani.

”Ya berarti kita masih punya PR (pekerjaan rumah) sebanyak 22% sisanya itu.Sehingga kita harus mencari sumber produksi air yang baru karena kita kesulitan untuk mengambil air dari daerah lain,”ungkapnya. Sedangkan alternatif lain yakni membuat sumur dangkal atau sumur dalam, dinilai sulit untuk dilakukan. Selain terbentur persyaratan, biaya yang dibutuhkan untuk membuat sumur tersebut terlalu mahal.

”Sumur dalam itu jaraknya antara yang satu dengan yang lain minimal 1kilometer,” paparnya. Untuk wilayah Kota Solo, lanjut dia, sebenarnya terdapat beberapa lokasi yang memungkinkan dibuat sumur dalam karena memiliki sumber air yang baik. Saat ini, pihaknya tengah menyiapkan sejumlah IPA baru yang diperkirakan mampu menghasilkan produksi air sebanyak 400 liter per detik.

Rinciannya, IPA di Semanggi dirancang mampu menghasilkan 300 liter per detik, dan IPA di Mojosongo (Solo Utara) menghasilkan 100 liter per detik.”Tapi,kita belum bisa menjamin layanan lancar selama 24 jam,” pungkasnya.

Menurut Koordinator Regional Jateng-DIT Environmental Services Program (ESP) Nanang Budyanto, mestinya diberlakukan perlindungan sumber daya air untuk sumber yang menghasilkan debit air di atas 50 liter per detik.”Pemerintah perlu membuat peta hidrologis mengenai lokasi-lokasi tertentu di mana jika dilakukan pengambilan air di tempat itu, maka harus membayar,” bebernya.

Ia menilai, sumber air bersih di Kota Solo sangat bergantung pada ketersediaan sumber air di pegunungan Merapi dan Merbabu. Aliran air dari pegunungan tersebut selama ini memang tidak banyak yang mengalir langsung ke Kota Solo.Namun, di antara alirannya tersebut, selama ini menjadi sumber pasokan air bersih PDAM Kota Solo yang sangat vital. (fefy dwi haryanto)



Post Date : 13 Desember 2008