|
SOLO (KR) - Distribusi air siap minum gratis yang disediakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Solo, terpaksa ditata ulang, menyusul pengambilan air terjadi Penyimpangan. "Pengambilan air siap minum sekarang kami batasi mulai pukul 05.00 hingga pukul 20.00, karena masyarakat yang mengambil air di luar ketentuan biasanya pada malam hari," jelas Direktur Utama PDAM Solo Abimanyu BE, menjawab KR, di Gedung Dewan (Jumat 12/1). Sesuai ketentuan, tambahnya, pengambilan air siap minum yang ditempatkan di pagar depan Kantor PDAM Solo itu, tidak boleh menggunakan galon atau jerigen besar agar distribusi merata. Namun berdasar pemantauan, selama satu tahun layanan air siap minum gratis dioperasionalkan, seringkali pada malam hari masyarakat bermobil mengambil air menggunakan jerigen besar ataupun galon. Kenyataan seperti ini, tambahnya, tak sesuai dengan misi pemasangan instalasi air siap minum gratis yang diarahkan untuk masyarakat kelas bawah. Semangat yang diambil dari penyediaan fasilitas umum ini, jelasnya, adalah budaya masyarakat Jawa yang dulu setiap hari menyediakan air minum di dalam kendi dan ditempatkan di depan rumah. Dengan begitu siapa saja bisa minum air dalam kendi tanpa harus membayar. Sekarang, karena era teknologi modern, air dalam kendi digantikan dengan air sulingan dan disalurkan melalui beberapa kran. Ekonomi Lemah Kalaupun masyarakat yang mengambil air siap minum menggunakan galon atau jerigen besar, diketahui sebagai masyarakat berekonomi lemah, masih bisa ditoleransi. Sebagai contoh, Abimanyu pernah membuntuti seseorang bersepeda motor yang mengambil air siap minum menggunakan jerigen. "Mereka ternyata penjual wedangan di kawasan Colomadu. Ya sudah, kualitas air di sana mungkin kurang baik, sehingga mengambil air di PDAM," ujarnya. Setiap hari, PDAM mengolah air menjadi air siap minum gratis sebanyak 6 meter kubik dan biasanya habis diambil masyarakat yang membutuhkan. "Pada malam hari kita manfaatkan untuk mengolah air baku menjadi air siap minum, kemudian pagi harinya didistribusikan kepada masyarakat," ujar Abimanyu, sehingga pengolahan dan distribusi lebih terjadwal. Ini berbeda dengan keadaan sebelum penataan ulang distribusi, pengolahan air dilakukan setiap saat, ketika persediaan telah menipis. Sedianya, fasilitas serupa akan pula ditempatkan di sejumlah wilayah yang dinilai banyak ditemukan warga ekonomi lemah. Hanya saja, untuk pengadaan fasilitas itu memerlukan biaya cukup besar, yakni sekitar Rp 220 juta per unit. Kemungkinan, instalasi air siap minum berikutnya akan dipasang di kawasan city walk yang saat ini masih dalam proses pematangan gagasan. Menjawab pertanyaan tentang kalangan masyarakat pengambil air siap minum, Abimanyu menyebut, sebagian besar sesuai dengan sasaran. Paling tidak, sekitar 80 persen berasal dari kalangan bawah. Mereka adalah masyarakat di sekitar Karangasem yang memang berdekatan dengan Kantor PDAM, selain pula mahasiswa pondokan, pengemudi truk yang kebetulan lewat, serta para bakul wedangan. (Hut)-g Post Date : 13 Januari 2007 |