|
SUBANG, (PR). Pengelolaan sumber-sumber air yang ada di wilayah pegunungan Kabupaten Subang oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK), dikeluhkan petani Kecamatan Pusakanagara. Pengelolaan sumber-sumber air tersebut diduga menjadi pemicu terjadinya ancaman kekeringan ribuan hektare tanaman di wilayah kecamatan tersebut di awal musim kemarau yang tengah berlangsung. Seperti diungkapkan petani di Desa Rancadaka, H.M. Yusuf Sudini H.R., Kamis (20/7). Menurut dia, ancaman kekeringan khususnya terjadi pada areal tanaman padi di desa-desa yang berada di sebelah selatan jalur jalan pantai utara (pantura). Dikatakan Yusuf, wilayah Kecamatan Pusakanagara yang terletak di jalur pantura membawahi 14 desa dengan luas areal sawah mencapai 6.600 hektare. "Pada musim tanam gadu 2006 ini, hanya separuhnya yang bisa tanam padi. Khususnya di desa-desa yang terletak di sebelah selatan jalur pantura. Namun saat ini terjadi ancaman kekeringan," ujarnya. Sedangkan di desa-desa yang terletak di sebelah utara jalan jalur pantura yang meliputi areal seluas 3.250 hektare, hingga saat ini belum dapat melaksanakan tanam padi gadu. Kondisi itu dimungkinkan terjadi, karena dalam sebulan terakhir giliran air dari Tarum Timur melalui saluran sekunder Pamanukan tidak normal. Akibat kondisi tersebut, kata Yusuf Sudini, kerugian yang diderita petani di Kecamatan Pusakanagara sangat besar dan diperkirakan mencapai Rp 42 miliar lebih. Kerugian sebesar itu dihitung dari jumlah kehilangan gabah yang diperkirakan mencapai 19.500 ton dengan harga Rp 2.200.000,00 per ton. Menyinggung soal sulitnya air dari irigasi Tarum Timur ke Kecamatan Pusakanagara, ungkap Sudini Yusuf lebih jauh, dimungkinkan karena debit air di Tarum Timur hanya mencapai 12 meter kubik/detik dan saluran sekunder di lokasi pintu Bogis dari kebutuhan 7 meter kubik per detik kondisi yang ada hanya 3 meter kubik per detik. "Di samping tidak disiplinnya para petani di wilayah hulu," ungkapnya. Di luar itu, kesulitan air yang dihadapi para petani di wilayah Kecamatan Pusakanagara juga disebabkan oleh adanya sumber-sumber air di wilayah pegunungan di Kabupaten Subang yang dikelola oleh PDAM dan perusahaan air kemasan. Akibatnya, debit air pada sungai-sungai yang ada menyusut dan alirannya tidak sampai ke hilir. Bupati Subang Drs. Eep Hidayat yang ditemui "PR" terpisah, membenarkan adanya keluhan para petani di wilayah Kecamatan Pusakanagara tersebut. "Tetapi, masalahnya bukan karena air dari mata air yang ada di bagian hulu dimanfaatkan oleh PDAM dan dijual kepada perusahaan air dalam kemasan," ungkap Eep. Dikatakannya, pemanfaatan mata air oleh PDAM dan perusahaan air minum dalam kemasan berdasarkan data yang ada masih jauh di bawah debit mata air yang dimanfaatkan. Sedangkan kondisi kesulitan air yang dialami sejumlah areal pertanian di wilayah Kecamatan Pusakanagara lebih dikarenakan pasokan air dari Tarum Timur belakangan memang mengalami penurunan. Direktur Utama PDAM Kabupaten Subang, Drs. H. Dedy Pudjasemedi, P M.Si. mengakui bahwa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan PDAM pihaknya memanfaatkan mata air Cibulakan di Kecamatan Cijambe. (A-96) Post Date : 22 Juli 2006 |