|
Makassar, Kompas - Lumpur sisa-sisa longsoran Gunung Bawakaraeng kembali mengotori air di Instalasi Pengolahan Air Somba Opu milik Perusahaan Daerah Air Minum Makassar. Bahkan kini lebih gawat lagi karena tingkat kekeruhan mencapai 176.000 nephelometric turbidity unit, jauh dari ambang batas yang 9.000 NTU. Akibatnya, sudah tiga hari terakhir ini PDAM Makassar kembali menghentikan distribusi air ke sekitar 60.000 pelanggan. Selama beberapa hari itu, warga menggunakan air yang merupakan cadangan beberapa hari sebelumnya. Karena masalah tersebut dikhawatirkan akan terus terjadi terutama di saat musim hujan ini, warga meminta PDAM segera menemukan cara lain untuk mengatasi lumpur tersebut. Penghentian distribusi tanpa batas waktu yang tidak ditentukan merupakan kecemasan yang dihadapi warga. Menurut Kepala Humas PDAM Makassar Jufri Sakka, jika air baku di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Somba Opu telah tercampur lumpur, PDAM akan mengupayakan penjernihan dengan menggunakan poli aluminium clorite (PAC). Namun, PAC memiliki keterbatasan, hanya mampu menjernihkan air yang kadar kekeruhannya di bawah 9.000 nephelometric turbidity unit (NTU). Padahal, kekeruhan air di IPA Somba Opu beberapa hari ini 176.000 NTU. Angka itu, kata Jufri Sakka, sangat mengejutkan pihak PDAM Makassar. Pada Sabtu (15/1) lalu tingkat kekeruhan air baku IPA Somba Opu 11.600 NTU, yang berarti juga sudah berada di atas ambang batas. Pada hari itu, PDAM Makassar juga menghentikan distribusi air bersih karena air bercampur lumpur sehingga tidak mungkin digunakan oleh warga. Dampak alam Suryansyah, Kepala RT 03 RW 08 Kelurahan Parangtambung, Kecamatan Tamalate, Makassar, Jumat (21/1), mengatakan, masyarakat dapat memahami masalah yang dihadapi PDAM adalah karena dampak alam. Namun, masalah alam itu hendaknya jangan dijadikan legitimasi untuk terus-menerus menghentikan air bersih kepada pelanggan. "Minggu lalu, aliran air kan sudah mati dua hari dengan alasan tercampur lumpur. Masak, setiap tercampur lumpur air dihentikan. Lalu, bagaimana dengan kebutuhan warga akan air bersih. Kita mengetahui kalau air bersih tidak ada, warga susah sekali," katanya. Sedangkan Hera, warga di Jalan Hertasning, mengatakan, air dari PDAM merupakan satu-satunya sumber air bersih yang dapat digunakan di rumahnya. "Kami memang punya air tanah, namun airnya berbau dan warnanya kekuning-kuningan," katanya. Oleh karena itu, kata Suryansyah, PDAM harus mencari jalan keluar alternatif atas masalah tercampurya air baku yang akan diolah di IPA Somba Opu dengan lumpur sisa longsoran Gunung Bawakaraeng. Misalnya, dengan membuat air baku cadangan di tempat-tempat penampungan PDAM atau mengalihkan lumpur ke tempat lain. "Ya, cari alternatif jalan keluarlah. Musim hujan kan masih akan berlangsung lama. Apa sepanjang musim hujan warga akan kesulitan memperoleh air bersih," katanya. (rei) Post Date : 22 Januari 2005 |