PDAM Makassar Harus Mencari Sumber Air Baru

Sumber:Kompas - 12 Desember 2006
Kategori:Air Minum
Makassar, Kompas - Perusahaan Daerah Air Minum Kota Makassar harus segera mencari sumber air baru untuk mengatasi krisis air baku. Sumber air dari Bendungan Bili-Bili belum bisa diandalkan hingga tahun 2009 karena tingkat kekeruhan air masih tinggi. Krisis air makin parah setiap musim hujan akibat terangkutnya sedimen longsoran Gunung Bawakaraeng ke Sungai Jeneberang.

Peneliti pada Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Hasanuddin MA Hamzah menilai, saat ini PDAM Kota Makassar "sekarat" karena tidak mampu melayani seluruh pelanggan. Ini terjadi akibat keruhnya air Sungai Jeneberang.

"Setiap musim hujan kekeruhan meningkat dan penyediaan air baku pun terganggu. Sebaiknya, PDAM segera mencari sumber air yang baru atau memperbaiki peralatan pengolah air," kata Hamzah, Senin (11/12).

PDAM Kota Makassar mengalami masalah penyediaan air baku sejak Gunung Bawakaraeng longsor, 26 Maret 2004. Longsoran menyebabkan kekeruhan air melonjak dari 400 NTU (nephelometric turbidity unit) menjadi sekitar 200.000 NTU pada Januari 2005. Akibatnya, Instalasi Pengolahan Air (IPA) Somba Opu tidak bisa beroperasi karena materi yang masuk ke instalasi 80 persen berupa lumpur.

Pelanggan PDAM yang mengalami gangguan pelayanan sekitar 55.000 dari 123.000 sambungan atau 270.000 jiwa. Pelanggan yang dilayani IPA Somba Opu berada di Kecamatan Panakkukang, Manggala, Ujung Pandang, Mariso, Mamajang, Tamalate, dan Rappocini.

Pada musim hujan ini, ujar Hamzah, gangguan kekeruhan semakin parah. Berdasar penelitian PPLH Unhas tahun 2004-2006, pada Februari 2005 kekeruhan air pada pintu buangan Bendungan Bili-Bili mencapai sekitar 1.000 NTU. Kondisi ini mengganggu IPA Somba Opu yang dirancang mengolah air dengan kekeruhan 500 NTU.

Kekeruhan air akibat longsoran kaldera Gunung Bawakaraeng diprediksi akan berlangsung hingga tahun 2009. Sedimen yang terangkut air mencapai 78 juta meter kubik, 54 juta meter kubik di antaranya akan terendap di bendungan.

"Kondisi itu akan membebani PDAM karena biaya operasional untuk pengolahan air membengkak. Selain itu, layanan ke pelanggan juga tidak maksimal. Salah satu langkah untuk mengontrol laju sedimen penyebab kekeruhan adalah pembuatan dam sabo," kata Hamzah. (ANG)



Post Date : 12 Desember 2006