|
BANDUNG, (PR).- Apabila penghapusan utang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung kepada pemerintah pusat disetujui, dana untuk pembayaran akan digunakan untuk meningkatkan layanan publik sebesar 10% dari debit air 400 liter/detik. Utang tersebut sebesar Rp 300 miliar dan setiap tahun pemkot berkewajiban mecicil sebesar Rp 33 miliar termasuk bunga. "Usulan penghapusan utang sudah kita ajukan. Jika disetujui, kita bisa meningkatkan pelayanan," ungkap Direktur Utama PDAM Kota Bandung H.M. Budiman, kepada wartawan di Gedung Serbaguna, Kamis (2/12). Saat ini, menurut Budiman, pengajuan penghapusan utang masih dalam proses, mengingat pemerintah pusat mensyaratkan agar pihaknya membuat business plan terlebih dahulu. Seperti diberitakan "PR" sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Yusuf Anwar dalam dialog dengan pengusaha dan perbankan di Pendopo Kota Bandung, Sabtu (27/11) malam, menyetujui permintaan Pemkot Bandung agar utang PDAM Rp 300 miliar dihapuskan. Utang sejak 1980 itu digunakan untuk pembangunan fasilitas PDAM lewat program Bandung Urban Development Project (BUDP). Tadinya, nilai utang luar negeri tersebut hanya berkisar Rp 250 miliar. Sejak terjadi krisis moneter dan kurs dolar melambung, jumlah utang membengkak hingga Rp 400 miliar. Lebih lanjut Budiman mengatakan, rencana penghapusan utang tersebut memberikan titik terang bagi PDAM di seluruh Indonesia mengingat sejauh ini rata-rata tingkat layanan kepada masyarakat masih di bawah 50%. Namun, ia belum dapat menyebutkan berapa debit air yang bisa ditambah dengan dana pembayaran utang tersebut. "Tergantung, kita kan nanti harus menyediakan air baku, mungkin membuat bendungan atau kerja sama dengan pihak swasta," ujarnya. Miliki simpanan Dengan dana penghapusan utang, kata Budiman, PDAM menjadi memiliki simpanan untuk mengembangkan cakupan pelayanan dan debit air. Adapun sumber air yang akan dikembangkan di antaranya Dago Bengkok dengan debit air 300 liter/detik dan Cikareo serta sumber-sumber lainnya. "Kita bukan hanya akan mengambil sumber air, tapi juga harus membuat IPAL-nya (instalasi pengolahan air limbah-red.), jadi masih akan butuh waktu. Dulu aja kita menambah 700 liter/detik dengan dana BUDP sebesar hampir Rp 250 miliar," tambahnya. Diakui Budiman, selama ini PDAM sulit mengembangkan pelayanan kepada pelanggan karena setiap tahun harus membayar utang. Saat ini, dengan produksi air bersih 1.500 liter/detik baru dapat melayani 140.000 pelanggan secara bergiliran, itu pun aliran airnya kecil. "Kalau ingin memenuhi semuanya dengan tidak bergiliran, idealnya debit air yang diproduksi dua kali lipat," katanya. Budiman mengaku belum dapat memastikan apakah pengembangan pelayanan kepada pelanggan itu dapat dilakukan mulai 2005, meskipun untuk 2005/2006, PDAM pada tahun itu memiliki program menambah debit air 400 lt/detik. "Barangkali angka tersebut bisa membantu meningkatkan pelayanan kepada konsumen dan memperbaiki pelayanan kepada pelanggan yang sudah ada," ujarnya. (A-131) Post Date : 03 Desember 2004 |