PDAM Hanya Tumbuh 2 Persen

Sumber:Kompas - 30 Januari 2009
Kategori:Air Minum

Bantul, Kompas - Sepanjang tahun 2008 pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Bantul hanya tumbuh sekitar dua persen. Masih lesunya pembangunan perumahan di Bantul, yang selama ini menjadi pangsa utama, menjadi penyebabnya.

Akhir tahun 2008 jumlah pelanggan PDAM tercatat 11.697, sementara akhir 2007 11.471 pelanggan. "Pertumbuhannya memang sangat kecil karena peminat terbesar adalah kalangan perumahan. Padahal, tahun lalu pembangunan perumahan masih minim. Banyak pengembang yang masih mempertimbangkan Bantul sebagai daerah gempa," kata Direktur Utama PDAM Bantul Agung Darmadi, di kantornya, Kamis (29/1).

Menurut Agung, selama ini PDAM kesulitan menembus pasar masyarakat umum karena sebagian besar mengandalkan air sumur. "Setiap rumah rata-rata memiliki sumur sendiri sehingga tidak perlu pasang PDAM. Apalagi, Bantul termasuk daerah yang sumber airnya melimpah dan permukimannya belum terlalu padat," ujarnya.

Untuk memacu jumlah pelanggan, tahun ini PDAM akan menyasar daerah-daerah yang selama ini kesulitan air bersih, seperti Kecamatan Imogiri dan Pajangan. Untuk Imogiri, instalasinya sudah dipasang sejak tahun lalu, sementara untuk Pajangan baru akan dibangun tahun ini, dengan investasi sekitar Rp 4,5 miliar. Untuk wilayah Imogiri, PDAM akan memanfaatkan air dari Sungai Oyo, sedangkan Pajangan dari Sungai Progo.

Kadar besi

Selain kedua kecamatan itu, tiga kecamatan lain yakni Kretek, Sanden, dan Srandakan, juga kesulitan air bersih karena kualitas air sumurnya sangat buruk. Air tanah di ketiga kecamatan tersebut mengandung besi sehingga warnanya cenderung kuning. "Sayangnya, sampai sekarang belum ada alokasi dana untuk membangun jaringan di ketiga kecamatan tersebut," tutur Agung.

Meski pertumbuhan pelanggan lamban, pertengahan tahun lalu PDAM justru menaikkan tarif dari Rp 1.000/meter kubik menjadi Rp 1.500/meter kubik. Alasannya karena biaya operasional yang terus membengkak.

Bagi masyarakat Bantul, jasa PDAM belum banyak dilirik karena kebutuhan air banyak dipenuhi dari sumur yang mereka gali sendiri. "Meski tinggal di perumahan, kalau punya sumur sendiri rasanya lebih tenang karena jumlah air yang kita akses tak terbatas. Kalau lewat PDAM, semakin banyak menggunakan air, maka biayanya semakin mahal," kata Heru, warga perumahan Desa Baturetno, Banguntapan. (ENY)



Post Date : 30 Januari 2009