PDAM Gunakan Dua Sumber Air

Sumber:Koran Sindo - 05 Januari 2007
Kategori:Air Minum
PURWAKARTA (SINDO) - Direktur PDAM Purwakarta Idi Suryadi mengatakan, pihaknya telah menggunakan dua sumber air pasca matinya ribuan ikan di Waduk Jatiluhur.

Upaya tersebut dilakukan untuk memiminimalisasi pengaruh buruk dari peristiwa itu.Pengalihan sumber air sudah sering dilakukan, terutama ketika debit air Waduk Jatiluhur mengalami penyusutan. Kebutuhan 17 ribu pelanggan PDAM bisa tertanggulangi, walau menggunakan dua sumber mata air cadangan.Saat ini, mata air Cigoong Kecamatan Pondok Salam dan Cilembang Sari Kec Bojong, menjadi andalan pensuplai air bersih.

Banyaknya bangkai ikan di sekitar intake PDAM tidak terlalu berpengaruh terhadap kualitas air. Sebab, kami melakukan pe-ng-olahan guna menghilangkan zat kimia berbahaya, ungkap Idi kepada SINDO,kemarin. Dia menyayangkan sikap PJT II Jatiluhur yang terkesan tidak menggubris keinginan pihaknya. Yakni,soal usulan penarikan keramba jaring terapung (japung) radius 250 meter dari posisi intake. Faktanya, hingga saat ini belum juga ada tandatanda terealisasi.

Mereka pernah berjanji, nyatanya bisa lihat sendiri, tandas Idi dengan nada kesal. Soal maraknya bangkai ikan, Idi mendesak agar instansi terkait terutama PJT II Jatiluhur segera melakukan langkah kongkret. Semakin lama bangkai tersebut berada di dalam air, bakal berimbas pada kehigienisan air.Apalagi, perairan Jatiluhur bukan hanya memasok air bagi kebutuhan Purwakarta,melainkan daerah lain seperti DKI Jakarta. Menanggapi keinginan itu, Direktur Tekhnik PJT II Jatiluhur Ahmad Gozali menolak memberikan komentar. Pasalnya, soal Japung menjadi kewenangan bagian lain.

Kita sedang ada rapat, jadi tidak bisa memberikan komentar sekarang. Yang jelas ada bagian lain yang menanganinya, ungkap Ahmad saat dihubungi SINDO melalui ponselnya. Di tempat terpisah, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Purwakarta, Yosi Sukmayasa mengaku, belum berpikir soal perlunya Disnakan turun tangan membersihkan bangkai ikan di Waduk Jatiluhur. Menurut dia, yang paling berkompeten melakukan tindakan adalah PJT II Jatiluhur.

Logikanya, pemilik rumah yang semestinya membersihkan sampah di tempat tinggalnya. Kalau hari ini banyak bangkai ikan berserakan, ya PJT II dong yang semestinya melakukan hal itu. Apalagi, perlu dana tidak sedikit menganggkut bangkai ikan ke darat, ungkap Yosi kepada SINDO, kemarin. Dia menambahkan, kerugian cukup besar yang dialami petani Japung akibat sikapnya yang membandel. Karena, sambungnya, Disnakan sudah mewanti- wanti jauh-jauh hari, agar mengganti jenis ikan yang ditanam dengan ikan labirin seperti lele dan patin. Nyatanya, hal tersebut tidak pernah diindahkan. (asep supiandi)



Post Date : 05 Januari 2007