BATU(SI) – Pelayanan air bersih ke rumah pelanggan PDAM Kota Batu hingga saat ini belum maksimal. Pasalnya,masih terdapat beberapa titik perkampungan yang hanya dialiri air bersih dua hari sekali.
Meski demikian,PDAM Kota Batu masih enggan untuk membeli pompa air bersih untuk meningkatkan pelayanannya. Pemanfaatan pompa air untuk mengalirkan air bersih ke rumah pelanggan hanya dianggap akan menambah biaya produksi. ”Kelurahan Songgokerto merupakan salah satu wilayah yang tidak bisa dialiri air bersih 24 jam.Beberapa rumah pelanggan PDAM di Kelurahan Songgokerto berada pada dataran tinggi sehingga untuk mengalirkan air bersih diperlukan tekanan air tinggi.
Caranya dengan mematikan suplai air bersih di sekitar Kelurahan Songgokerto,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Direktur PDAM Kota Batu Muhammad Robiq kemarin. Dia memaparkan, hingga saat ini PDAM masih memanfaatkan elevasi dan gravitasi bumi untuk mengalirkan air bersih ke rumah pelanggan. Jika PDAM menyuplai air bersih selama 24 bagi penduduk Songgokerto, ongkos produksinya sangat tinggi. Apalagi dalam waktu dekat pemerintah merencanakan segera menaikkan tarif dasar listrik (TDL).
Dia menuturkan, secara finansial mereka mampu membeli pompa air untuk menyuplai air bersih ke rumah pelanggan yang rumahnya terletak di atas bukit.Konsekuensinya, ketika ongkos produksi bertambah,PDAM harus menaikkan tarif air bersih. Saat ini,harga air bersih mencapai Rp880/m3 untuk rumah tangga. “Intinya kami tidak ingin membebani pelanggan. Karena itu, solusinya secara bertahap kami lakukan pembenahan pipa yang kami anggap bocor,” paparnya.
Dari 10.000 pelanggan, yang sudah terlayani air bersih selama 24 jam baru sekitar 6.500 pelanggan.“ Kami yakin jika ada persetujuan dari warga Desa Sidomulyo untuk memanfaatkan air bersih dari sumber mata air Banyuning, jumlah pelanggan yang bisa terlayani 24 jam akan bertambah menjadi 9.000 pelanggan,” ungkapnya. Persoalan lain yang dihadapi PDAM, yaitu mengatasi kebocoran pipa peninggalan Belanda di Kelurahan Ngaglik.
”Saat ini kami sedang mengupayakan untuk mengurai jaringan pipa PDAM yang menurut kami terlalu rumit.Ada di kanan dan kiri jalan. Hal semacam itulah yang mengakibatkan tekanan air menurun sehingga debit air ke rumah pelanggan menjadi kecil,” urai Robik. Junaedi, warga Kelurahan Songgokerto, mengungkapkan bila PDAM enggan membeli pompa air, lebih baik Pemkot Batu membuatkan sumur air bawah tanah (ABT) seperti yang dilakukan penduduk Kelurahan Temas. ”Nanti terkait tagihan listrik,biar dikelola masyarakat Song-gokerto. Dari pada seperti sekarang ini, air di rumah kami mengalir dua hari sekali,”tandasnya. (maman adi saputro)
Post Date : 17 Juni 2010
|