PDAM Diminta Menghentikan Pembangunan Pipa Air Minum

Sumber:Pikiran Rakyat - 19 Agustus 2005
Kategori:Air Minum
GARUT, (PR). Sedikitnya 500 orang warga dari 23 desa di tiga kecamatan mendesak pihak terkait untuk menghentikan projek pembangunan mata air Cimanganten oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Garut, Kamis (18/8). Sebuah aksi tandingan yang mendukung pembangunan saluran air minum juga sempat berlangsung pada saat bersamaan. Untungnya, tak terjadi bentrokan di antara dua aksi tersebut karena dilakukan di tempat berlainan.

Ratusan warga yang menolak pembangunan pipa air minum oleh PDAM Garut itu utamanya berasal dari 23 desa di Kecamatan Samarang, Bayongbong, dan Tarogong Kidul. Mereka berada di wilayah hilir Sungai Cikamiri yang selama ini menggunakan air yang bersumber dari Cimanganten Pasirwangi.

Permasalahan ini sebenarnya pernah mencuat tahun 2003 lalu. Namun, masyarakat kembali memprotes pelaksanaan pembangunan itu setelah pihak PDAM meneruskan projeknya beberapa waktu lalu. Sebuah audiensi juga pernah dilakukan sejumlah tokoh masyarakat seminggu lalu, tapi mereka menyatakan tak puas karena pelaksanaan projek masih terus berlangsung.

"Kalau musim kemarau, kebutuhan air untuk sawah dan kebutuhan sehari-hari lainnya, termasuk untuk minum tak pernah terpenuhi sepanjang tahun. Apalagi kalau air itu digunakan untuk PDAM, pasti air akan menjadi sangat sulit," tutur Solihin (70), tokoh masyarakat Desa Mekarjaya Bayongbong.

Hal senada juga dikatakan H. Encep Sopandi, tokoh masyarakat dari Desa Banjarsari Bayongbong. Menurutnya, pembangunan mata air Cimanganten oleh PDAM Garut, hanya akan mengadudombakan masyarakat. Apalagi masalah air merupakan kebutuhan vital yang penggunaannya diperlukan sehari-hari.

Seorang pengurus Mitra Cai Saribanyu Desa Sirnasari Samarang mengatakan, mata air Cimanganten berada di Cipondok Cimanganten, Kampung Kawungluwuk, Desa Padamulya Pasirwangi mengalir ke hulu Sungai Cikamiri dengan debit air sekitar 420 liter per detik.

Sungai Cikamiri ini melintasi sejumlah desa di 4 wilayah kecamatan yang masyarakatnya mengandalkan pemenuhan kebutuhan airnya dari Cikamiri. Selain itu, katanya terdapat sekira 5.000 hektare lahan sawah dan lahan palawija yang setiap musimnya membutuhkan air sebanyak 900 liter per detik.

Tandingan

Sementara itu, sebuah aksi tandingan dilakukan oleh kelompok dari desa lainnya pada waktu bersamaan. Warga dari sekitar daerah pembangunan instalasi air minum itu datang dengan menggunakan 10 angkutan kota dan mendukung kebijakan PDAM dalam pembangunan projek tersebut. Untungnya aksi dilakukan pada tempat berlainan hingga tak sempat bentrok dengan aksi penolakan pembangunan.

Sebelumnya, Direktur PDAM Garut Achmad Ayub menjelaskan, seharusnya penolakan atau permintaan penghentian pembangunan mata air itu dilakukan secara tertulis dari masyarakat yang keberatan pembangunan mata air itu dilakukan. Prosedur tersebut, kata Ayub, dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban PDAM kepada warga yang meminta dibangunnya instalasi air bersih itu.

"Kita akan jadikan permintaan tertulis dari masyarakat itu sebagai dasar bagi kita menghentikan kegiatan pembangunan mata air Cimanganten dan penyalurannya. Jangan sampai penolakan tak disertai permintaan tertulisnya secara resmi," kata Achmad Ayub.

Ayub juga menyangkal pembangunan mata air Cimanganten tersebut akan berdampak pada berkurangnya pasokan air bersih terhadap warga sekitar maupun menurunnya debit air ke Sungai Cikamiri. Sebuah konsultan bahkan telah membuat laporan tentang hal tersebut dan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis.

Dijelaskan, jumlah air yang dimanfaatkan dari mata air Cimanganten relatif kecil. Dari debit air mata air Cimanganten yang mencapai 263 liter per detik, hanya digunakan sebanyak 20 liter per detik. Dengan jumlah tersebut, tegas Ayub, tidak akan menimbulkan dampak kerugian apa pun. "Kita dapat mempertanggungjawabkan laporan dari konsultan tersebut," ujarnya. (A-124)

Post Date : 19 Agustus 2005