|
BANDUNG, (PR).Keuntungan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung sebesar Rp 6 miliar tahun lalu, masih dirasa kurang untuk mengembangkan diri. Untuk itu, saat ini PDAM sedang menggodok rencana kenaikan tarif. "Saya rasa, wajar apabila tarif PDAM naik," kata Direktur Umum PDAM Kota Bandung Maman Budiman di sela Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbangda) tahun 2006 yang digelar di Hotel Horison Kota Bandung, Senin (27/3). Disebutkan, tarif PDAM di Kota Bandung saat ini merupakan tarif terendah di Jawa Barat. Dengan begitu, keuntungan yang diraup PDAM secara finansial sudah didapat, namun belum dapat digunakan untuk mengembangkan diri. "Untuk berinvestasi kecil-kecilan, keuntungan Rp 6 miliar sudah bisa kita upayakan. Namun, untuk investasi secara besar, saya rasa belum sanggup, karena sebagai perusahaan daerah, kami dituntut untuk mendanai sendiri," ujar Maman. Dengan adanya rencana kenaikan tarif tersebut, lanjut Maman, PDAM juga tidak bermaksud memberatkan masyarakat. "Justru yang kami kedepankan adalah peningkatan pelayanan kepada masyarakat," katanya. Mata air baru Pada bagian lain, Maman mengatakan, saat ini PDAM sedang mengembangkan mata air baru di kawasan hutan Ciwangi, Kec. Lembang, Kab. Bandung, di lahan milik Perhutani Jabar. Mata air itu diharapkan bisa menambah volume air dari mata air Sukamiskin yang diolah PDAM tiap harinya. "Meskipun debitnya relatif kecil karena berasal dari mata air, hanya 40-60 liter/detik, kualitas airnya tergolong baik," kata Maman seraya menambahkan, "Mata air itu diproyeksikan siap digunakan pertengahan tahun ini. Saat ini, sumber air PDAM Kota Bandung terbanyak berasal dari air permukaan (hulu sungai) dengan debit 2.600 liter/detik, dari total 3.000 liter/detik air. Lainnya, sumber air berasal dari mata air dan air tanah. Terkait penurunan kuantitas air, Maman menyebutkan, selama ini justru bukan jumlah yang menurun, tetapi kualitas air. Ia menjelaskan, saat ini air selalu tertutup sampah sejak dari bagian hulu sungai. "Hal itu berdampak selain pada penurunan kualitas air, juga pembiayaan yang membengkak, karena harus mengeluarkan dana untuk bahan kimia ekstra untuk menetralkan air," ujar Maman. (A-159) Post Date : 28 Maret 2006 |