|
BEKASI -- Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bekasi menghentikan pengolahan air bersih. Sebab, air saluran induk Tarum Barat, yang merupakan air baku, tercemar. Pencemaran itu telah menyebabkan ratusan ikan mati dan mabuk. "Sejak tadi pagi, PDAM terpaksa menyetop pengolahan air bersih," kata Komaruddin, juru bicara PDAM. Menurut dia, penghentian produksi air itu karena kondisi air tercemar. Kebijakan itu diambil untuk memperhatikan dampak kesehatan pelanggan PDAM. PDAM Bekasi meminta Perusahaan Otorita Jatiluhur yang menjadi penanggung jawab air di sungai itu segera mengambil tindakan, agar pencemaran air di sana tidak sampai di atas ambang baku mutu. Selama ini PDAM membeli air baku itu kepada Otorita Jatiluhur. Menurut Komaruddin, perubahan kondisi air baku ini terjadi setelah hujan lebat di Kabupaten Bogor beberapa hari lalu. Diduga limbah itu berasal dari aliran Sungai Cileungsi. "Setelah kami selidiki, ada endapan lumpur dan limbah cair di sungai itu," katanya. Meski pengolahan air dihentikan sementara, kata Komaruddin, distribusi air minum ke konsumen tidak akan terganggu. "Distribusi kan sampai pukul 19.00 hari ini (kemarin), sudah tersedia. Setelah itu, kami bisa mengolah air bersih lagi," katanya. Kemarin warga di sekitar Kali Bekasi dan saluran air Tarum Barat terlihat berebut menangkap ikan yang mengambang di sungai itu. Ikan yang menjadi rebutan, antara lain ikan baung, mujair, dan ikan bersisik putih. Bahrul, warga setempat yang sedang menangkap ikan, menyatakan sejak pukul 5 pagi ikan-ikan itu sudah mengapung. "Ikannya masih hidup, tapi mabuk," katanya. Setelah hari terang, menurut dia, air sungai itu terlihat keruh kehitaman, padahal biasanya bening. Ta'lim, pencari ikan di sungai itu, menyatakan ikan mabuk itu hampir terjadi setiap tahun, terutama setelah hujan di Bogor. Berdasarkan pantauan Tempo, air di sungai tersebut tampak berkilau, seperti mengandung minyak. Tak hanya di Bekasi, ikan mati juga ditemukan di sepanjang Sungai Kalimalang, Jalan Inspeksi Kalimalang, Kelurahan Cipinang, Jakarta Timur. Di sana warga juga terlihat mengeruk ikan mati dengan ember. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Kota Bekasi dan Perusahaan Jasa Tirta II telah mengambil sampel air itu untuk diteliti. "Kami menduga limbah yang dibuang ke sungai itu tidak diolah sesuai dengan standar kelayakan," kata Endar Marjani, Kepala Bidang BPLHD Kota Bekasi, kepada Tempo. Endar belum dapat memastikan jenis limbah yang menyebabkan pencemaran air di sungai itu. Dia menduga limbah itu berasal dari pabrik-pabrik di wilayah Bogor. "Indikasinya dari pabrik-pabrik di Kabupaten Bogor," ujarnya. Menurut dia, secara geografis, dataran Kota Bekasi lebih rendah daripada Kabupaten Bogor. Dengan demikian, air dari Sungai Cileungsi dan Sungai Cikeas masuk ke Kali Bekasi dan saluran Induk Tarum Barat di Bendungan Bekasi. SISWANTO | ZAKY ALMUBAROK Post Date : 14 November 2006 |