|
BANDUNG, (PR).Mengingat semakin banyaknya tumpukan sampah disertai air lindi yang mulai muncul pada tumpukan sampah, PD Kebersihan Kota Bandung akan berkoordinasi untuk menyediakan kapur atau zeolit. Penyediaan kapur ini dimaksudkan untuk mengikat air lindi selain mengurangi bau yang ditimbulkannya. Direktur Utama PD Kebersihan Awan Gumelar, ketika meninjau tempat pengolahan sampah di RW 02 Gegerkalong Kec. Sukasari Kota Bandung, Rabu (26/4) mengatakan, air lindi dari sampah mulai muncul pada tumpukan sampah yang menggunung sejak seminggu terakhir. Untuk itu, langkah yang akan dilakukan PD Kebersihan adalah menyediakan kapur untuk ditaburkan pada air lindi di sekitar TPS-TPS. Kita akan pakai kapur, selain karung dan juga penyemprotan, ujarnya. Menurut Awan, pihaknya juga akan menyediakan terpal untuk menutup tumpukan sampah, terutama yang berada di pinggir jalan, sebelum sampah bisa dibuang ke TPA. Pakai karung biar tertib dan kita tutup juga dengan terpal, ucapnya. Pada kesempatan yang sama Wali Kota Bandung, Dada Rosada, mengucapkan terima kasih kepada warga yang telah berupaya mengurangi produksi sampah, termasuk yang dilakukan warga Kec. Sukasari. Untuk membantu Kelompok Pelaksana Kegiatan (KPK) Gegerkalong mengolah sampah menjadi pupuk organik, Dada akan memberikan bantuan untuk membeli alat penggiling dan penghalus sampah. Dada mengakui, lokasi TPA merupakan masalah utama yang dihadapi pemkot Bandung. Menurut dia, jika Kota Bandung memiliki lahan seluas 5 ha, pihaknya tidak akan meminta dan bergantung kepada kabupaten. Apa boleh buat, kita tidak punya lahan, jadi kita cari keluar, ucapnya. Salah seorang pengelola tempat pengolahan sampah, Asmar, mengatakan, setiap hari KPK Gegerkalong mampu menampung sampah warga Sukasari sebanyak 10 ton. Sejak beroperasi Januari lalu, KPK telah menghasilkan 54 ton pupuk organik padat, 1.250 liter pupuk organik cair, dan 500 kg nutrisi per hari. Saat ini, kata Asmar yang juga Ketua RW 02 KPAD Gegerkalong, pupuk organik yang dihasilkan baru dipasarkan kepada petani di wilayah Kab Bandung. Itu pun hanya transaksi uji coba, sebab mereka belum mau bayar kalau belum lihat hasilnya, tuturnya. Tungku pembakaran Sementara itu, untuk mengurangi tumpukan sampah yang juga menggunung di Kota Cimahi, Dinas Lingkungan Hidup (LH) setempat membuat alat berupa tungku pembakaran sampah. Alat tersebut baru diproduksi dua unit dan sudah dioperasikan di kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi, Jln. Cihanjuang-Blok Jati dan Pasar Atas. Tungku tersebut berdiameter 1,1 m dengan tinggi 1,2 m. Bahannya terdiri dari pelat baja setebal 3,5 cm. Diperkirakan suhu pembakaran mencapai 200-3000C. Minyak tanah digunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran pertama. Setelah dibakar, sampah bagian bawah menjadi bara yang akan membakar sampah di atasnya. Menurut petugas UPTD Kebersihan Dinas LH Cimahi, Fitriyadi dan Luki Susanto, alat seharga Rp 6 juta dibuat dalam waktu sepuluh hari. Sampah basah juga bisa dibakar, tapi waktunya lebih lama, kata Fitriyadi. Dalam satu jam, tungku itu bisa membakar sampah sebanyak 40 karung. Kepala Dinas LH Cimahi, Ir. Sumardjito Budi R.A. M., kepada PR , Rabu (26/4), mengatakan, sistem yang digunakan pada alat tersebut berbeda dengan insinerator (alat pembakar sampah). Udara akan masuk dari lubang di bagian bawah sehingga ada tambahan oksigen untuk meningkatkan suhu pembakaran, katanya. Sumardjito mengakui, alat itu masih menimbulkan pencemaran berupa asap pembakaran. Alat ini digunakan pada masa transisi menunggu pengadaan insinerator, ujarnya. Ia mengatakan, solusi penanganan sampah tetap terletak pada adanya TPA sampah. Pembakaran dengan insinerator maupun pengomposan sampah akan menghasilkan residu yang tidak dapat ditangani oleh teknologi. Untuk itu, perlu adanya TPA, jelasnya. (A-157/A-158) Post Date : 27 April 2006 |