Jakarta, Kompas - Pasokan air baku yang diolah operator Pam Lyonnaise Jaya atau Palyja tidak bertambah secara signifikan sejak 13 tahun terakhir. Padahal, ada peningkatan pelanggan dua kali lipat.
Saat ini, produksi air bersih Palyja 9.300 liter per detik. Air itu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan 419.776 pelanggan yang ada sekarang. Padahal, tahun 1998, Palyja melayani 201.668 pelanggan.
”Kami sedang mengusahakan pengolahan air di Taman Kota ini agar ada tambahan suplai air baku,” kata Komisaris Palyja Bernard Lafrogne, Selasa (1/2).
Sumber air Taman Kota pernah menyuplai air baku untuk Palyja. Namun, sejak tahun 2007, Taman Kota itu tidak lagi menyuplai air baku lantaran polusi yang begitu berat. Taman Kota diperkirakan akan mulai menambah pasokan air sekitar 100 liter per detik pada tahun 2011, setelah menggunakan teknik pengolahan baru.
Tambahan pasokan ini sangat membantu ketersediaan air di Jakarta bagian barat daya.
Sementara pasokan air baku untuk Palyja disuplai terutama dari Waduk Jatiluhur. Jatiluhur memasok 62 persen air baku yang dikelola Palyja.
Selain mengandalkan air baku dari Waduk Jatuluhur, Palyja juga membeli air dari Tangerang. Tahun 2010, air curah yang dibeli mencapai 87 juta meter kubik.
Corporate Communications Head Palyja Meyritha Maryanie mengatakan, 40 persen dari pengeluaran perusahaan dikucurkan untuk produksi air mulai dari pengolahan air hingga pembelian air curah dari Tangerang.
Perbaikan jaringan
Cara lain untuk menambah air yang disalurkan ke konsumen dengan cara memperbaiki jaringan pipa. Palyja mengakui kesulitan untuk merehabilitasi pipa distribusi air yang sebagian besar sudah tua. Tahun 1998, tingkat kehilangan air Palyja mencapai 60 persen. Tahun 2010, angka itu ditekan hingga 42,3 persen.
”Tahun ini, kami menargetkan penekanan tingkat kehilangan air sampai 40 persen,” ucap Presiden Direktur Palyja Philippe Folliasson.
Selain kondisi di lapangan yang tidak memungkinkan, ada juga warga yang menolak daerahnya digali.
Meyritha mengatakan, panjang pipa yang dioperasikan Palyja semula 4.000 kilometer. Karena banyak pipa yang sudah tua, Palyja melakukan investasi senilai Rp 1,35 triliun untuk memperluas jaringan sepanjang 1.278 kilometer dan merehabilitasi jaringan 935 kilometer.
”Jadi, masih ada 3.000 kilometer pipa tua yang belum diganti,” kata Meyritha.
Akibat belum digantinya pipa tua tersebut, kualitas air tidak lagi menjadi air minum, tetapi hanya menjadi air bersih. Selain itu pipa juga rentan pada kebocoran.
Seperti yang terjadi di Kampung Bandan dan Ancol, banyak pelanggan Palyja yang tidak mendapat pasokan air karena kebocoran. ”Untuk kebocoran itu, kami hanya bisa memperbaiki pipa-pipa tersier, sedangkan pipa-pipa primer belum bisa karena sudah banyak yang tertutup beton dan tidak bisa dibongkar lagi,” kata Meyritha. (ARN/ART)
Post Date : 02 Februari 2011
|