Penyaluran air minum di Jawa Tengah dalam lima tahun terakhir secara umum mengalami penurunan. Konsumsi yang melimpah seiring dengan pertambahan penduduk membuat sumber daya air dikuras terus-menerus sehingga menurunkan produktivitas air. Fenomena ini memicu terjadinya penurunan kapasitas air yang disalurkan untuk sektor tempat tinggal, usaha, sosial, dan industri.
Sejak tahun 2004, sektor tempat tinggal merupakan konsumen terbanyak air minum di Jateng. Saat itu, air minum yang disalurkan sebesar 162,6 juta meter kubik dalam setahun. Tahun 2008 jumlah tersebut berkurang drastis hingga 118 juta meter kubik. Penurunan ini juga terjadi pada tiga sektor lain yang mencatat penurunan antara 1-3 juta meter kubik per tahun.
Penurunan ini bisa saja terjadi karena persediaan air tanah yang menjadi sumber bagi PDAM untuk menyuplai air kepada warga sudah berkurang. Dampaknya, PDAM selaku pengelola air minum harus membatasi atau mengurangi produksi untuk mengantisipasi terjadinya krisis air minum.
Dari 35 PDAM di Jateng, 51 persen di antaranya saat ini memiliki kinerja yang bagus, 46 persen dinilai cukup oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Jateng. Sedangkan yang kinerjanya kurang hanya 3 persen atau satu PDAM. Artinya, kinerja PDAM dalam menyuplai dan mengelola air minum untuk kebutuhan masyarakat masih terbilang bagus. (STN, LITBANG KOMPAS)
Post Date : 28 Januari 2010
|