JAKARTA(SI) – Wilayah DKI Jakarta terancam kekurangan pasokan air bersih akibat musim kemarau yang menyebabkan pasokan air baku dari Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat berkurang.
Head of Corporate Communication PT Palyja Meyritha Maryanie mengatakan, produksi air bersih di instalasi pengolahan air (IPA) II Pejompongan berkurang. Dari kapasitas produksi rata-rata 3.300 liter per detik,saat musim kemarau ini mengalami pengurangan hingga 3.000 liter per detik.
Meyritha melanjutkan, penurunan kapasitas produksi ini disebabkan berkurangnya pasokan air baku dari Waduk Jatiluhur yang dialirkan ke Jakarta melalui Saluran Tarum Barat.Menurutnya,sejak sepekan lalu pasokan air baku mengalami penurunan. ”Di IPA Pejompongan berkurang imbasnya pasokanairke pelangganjugaberkurang,” kata Meyritha Maryanie kemarin.
Padahal, aku Meyritha, IPA II merupakan instalasi pengolah air terbesar yang dikelola Palyja. Dampak dari berkurangnya produksi air bersih ini dirasakan pelanggan air bersih di Jakarta Utara dan sebagian Jakarta Barat. Dia mengakui, di beberapa daerah di Jakarta Utara bahkan sudah tidak dapat dipasok air bersihnya.
Namun, lanjut Meyritha, pelanggan air bersih Palyja belum banyak yang melaporkan keluhannya. Meyritha mengatakan, pihaknya tidak akan memberikan insentif atau ganti rugi apa pun terhadap pelanggan yang kecewa lantaran pasokan airnya tersendat. ”Kita hanya memberikan insentif kepada pelanggan yang aliran airnya nol selama minimal tiga bulan berturutturut.
Dan saya yakin tidak akan yang terjadi selama itu,”jelasnya. Sedangkan Corporate Secretary PT Aetra Air Jakarta Joshua L Tobing mengatakan,musim kemarau kali ini pasokan air baku ke IPA yang dikelola Aetra belum mengalami gangguan. Aetra juga mendapatkan pasokan air dari Waduk Jatiluhur yang dialirkan dari Saluran Tarum Barat. ”Kita diuntungkan karena letak IPA kita di hilir.
Sedangkan operator lain kan di hulu. Jadi debit air baku kita masih cukup,”tuturnya. Ketika musim kemarau tahuntahun sebelumnya pun pelanggan Aetra hanya sedikit yang mengalami penurunan debit air bersihnya. ”Mudah-mudahan kemarau kali ini pun tidak akan mengganggu layanan kita,”ujarnya.
Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta Nurmansjah Lubis berkomentar, untuk mengantisipasi masalah air baku, Jakarta harus mempunyai waduk-waduk besar di sekitar wilayah penyangga. ”Artinya masalah air baku adalah kewajiban daerah untuk menjaminnya,” tegasnya.
Kepala Bidang Informasi Klimatologi dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hendro Santoso menjelaskan, kemarau memang sudah memasuki wilayah Ibu Kota. Namun, dia memastikan kemarau tidak akan berlangsung panjang. ”Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Musim kemarau tidak akan mengalami gangguan,”jelasnya. Hendro mengaku, musim kemarau tidak berlangsung serentak di Jakarta.Berakhirnya musim kemarau pun tidak akan sama. Dia mencontohkan, di Jakarta Pusat musim kemarau berlangsung mulai Mei lalu dan kembali memasuki musim hujan akhir November.”Sementara ada wilayah lain yang baru memasuki kemarau pada bulan ini,”jelasnya. (neneng zubaidah)
Post Date : 15 Juli 2009
|