|
NGANJUK- Pasokan air bersih dari PDAM ke daerah-daerah yang kekeringan masih jauh dari kebutuhan. Saat ini, PDAM baru mengirimkan dua tangki air bersih per minggu. Padahal, kebutuhan warga setidaknya mencapai satu tangki per hari. Ini seperti dialami warga Desa Tempuran, Kecamatan Ngluyu. Kemarin, mereka mendapatkan pasokan satu tangki berkapasitas empat ribu liter. Jatah tersebut harus dibagi untuk 600 kepala keluarga (KK). Ini merupakan pasokan pertama sejak kekeringan melanda beberapa bulan lalu. Pasokan kedua baru akan dikirim Sabtu lusa. Tak pelak, kiriman tersebut langsung diserbu. Anak-anak hingga nenek-nenek berduyun-duyun membawa berbagai wadah penampung air. Mulai jeriken hingga jun atau gentong. Yang rumahnya dekat lebih beruntung. Sebab, bisa bolak-balik mengambilnya. Makanya, hanya dalam hitungan menit, empat ribu liter air PDAM itu ludes. "Ya kalau cuma satu tangki sebenarnya kurang. Baru sebentar saja sudah habis. Mana warga yang lain belum kebagian," ujar Karsito, 30, perangkat desa. Sekadar diketahui, pasokan kemarin datang sekitar pukul 10.00. Ada dua dusun yang mendapatkan jatah. Yakni, Talun Sambi dan Semanding. Masing-masing dua ribu liter. Begitu air dari tangki dipindahkan ke bak penampung milik warga, mereka langsung berebut. Hanya sekitar sepuluh menit, semua ludes. Karena itulah, warga berharap agar pasokan ditambah. Kalau bisa setiap hari ada kiriman. "Ternak kami juga membutuhkan air minum," kata Karsito. Kesulitan air bersih itu dialami warga Tempuran sejak Mei. Mereka hanya mengandalkan sumber air kecil yang berjarak sekitar satu kilometer dari pemukiman. Ini diperparah dengan mengeringnya sumur-sumur mereka dan sungai desa sejak sebulan lalu. Warga terpaksa harus antre berjam-jam di sumber tersebut untuk mendapatkan air. Bahkan, mereka rela tidak tidur hingga malam untuk memenuhi jerikennya. "Para pemuda kalau malam tidak ada yang tidur. Antre di sana hingga jam 12 malam,"tutur Karsito. Ini merupakan fenomena tiap musim kemarau yang terjadi di desa yang berjarak sekitar 50 kilometer arah utara pusat kota Nganjuk itu. Tapi, belum bisa dicarikan solusi yang tepat. Selain kesulitan mendapatkan air untuk minum dan memasak, warga juga kesulitan mengairi sawahnya. Tanah milik mereka tidak bisa ditanami. Atas permintaan warga tersebut, Kasubbag Humas Pemkab Harijanto yang dihubungi terpisah mengatakan sulit dipenuhi. Sebab, banyak kendala yang dihadapi. Di antaranya keterbatasan armada untuk mengirim air bersih. "Apalagi, daerah yang dilayani banyak. Tidak hanya satu tempat," katanya. (jie) Post Date : 24 Agustus 2006 |