DEPOK – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta hanya mampu menyuplai 50% air bersih melalui dua operator. Pakar Teknik Lingkungan Universitas Indonesia Setyo Sarwanto Moersidik mengatakan, suplai air yang hanya 50% tersebut sangatkuranguntukmemenuhi kebutuhan.Padahal, dalam kurun waktu lima tahun terakhir sekitar 80–90% air sumur pantau di DKI Jakarta terkontaminasi bakteri Escherichia Coli (Ecoli). Pencemaran disebabkan menjamurnya septictank seiring dengan berkembangnya perumahan dan bangunan. “Pemerintah tidak mampu memantau jumlah septictank. Akibatnya,air sumur tercemar bakteri,” kata Setyo, seusai seminar ‘Pencemaran dan Kualitas Air Minum serta Efek Kesehatan Masyarakat Indonesia’ di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Depok,Senin (21/3).
Menurut dia,Pemprov DKI melakukan kesalahan karena tidak mengumpulkan air kotor dalam satu lokasi.Padahal,jika hal itu dilakukan, tingkat pencemaran dapat ditekan secara drastis. “DKI Jakarta hanya mampu mengolah air kotor sebanyak 3% saja,”tandasnya. Pencemaran air, lanjut dia, berdampak pada kesehatan masyarakat yang mengonsumsi air tersebut.Bahkan,beberapa penyakit bisa menjangkiti warga seperti diare. Ironisnya, hal ini kerap dianggap enteng oleh masyarakat.“Padahal,penyakit diare menyebabkan kerugian materi yang cukup tinggi. Hanya saja tidak terlalu diperhatikan oleh masyarakat,” ungkapnya.
Setyo menuturkan, pemerintah perlu memberikan komitmen dan alokasi sumber daya yang lebih berarti untuk mengembangkan kemampuan PDAM sehingga produktivitas air minum mencapai cakupan yang lebih luas.Sebab,air telah menjadi persoalan kesehatan bagi negara berkembang dan negara miskin dunia. Di bagian lain,Head Corporate Communication PT PAM Lyonnaise JayaPalyja Meyritha Maryanie berharap, sumber air baku bisa diambil dari 13 sungai yang melintasi Jakarta. Hal itu bisa terwujud melalui budaya hidup bersih dan sistem pengolahan air yang canggih. “Kami berharap suatu saat nanti sungai-sungai di Jakarta bisa menjadi sumber air baku untuk air minum. Sebab sekarang dari 13 sungai di Jakarta, baru 5% saja yang bisa digunakan sebagai air baku,”kata Meyritha di sela acara peringatan Hari Air Dunia di IPA Pejompongan, kemarin.
Dalam kesempatan itu, Palyja juga memberikan penghargaan tulisan terbaik kepada 10 wartawan. Mereka yang mendapat penghargaan adalah Caesar Alexey (Kompas), Bani Saksono (Investor Daily), Dani Tri Wahyudi (Indopos),M Clara Wresti (Kompas), Indah Setiawati (The Jakarta Post), Ahmad Baidowi (Harian Seputar Indonesia), Sigit Nugroho (Berita Kota),Tim Jakarta Post, Lenny Tambunan (beritajakarta. com), dan Yeremia Sukoyo (Suara Pembaruan). ratna purnama/ tedy achmad
Post Date : 23 Maret 2011
|