JAKARTA– Pasokan air minum di wilayah Jakarta belum ideal. Bahkan, pasokan air yang disuplai dua operator air bersih tersebut tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Direktur Utama Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya Mauritz Napitupulu mengakui, pasokan air minum di DKI Jakarta masih minim.Menurut dia,distribusi air minum belum ideal karena kebocoran air masih relatif tinggi.Pihaknya bertekad untuk mengendalikan kebocoran air sehingga bisa memenuhi kebutuhan. “Idealnya, kebutuhan air itu 26 kubik per detik. Sekarang ini baru mencapai 18 kubik per detik,”kata Mauritz kemarin. Selain itu, jangkauan pelayanan air minum DKI Jakarta baru mencapai 62%. Artinya, masih ada 38% masyarakat yang belum terpenuhi pelayanan air minum.
“Harusnya 0,75 atmosfer mereka dapat tekanan yang bagus.Malah ada yang dapat nol.Ada warga yang zero consumptionmeski sudah menjadi pelanggan. Ini menjadi tantangan kita ke depan,bagaimana menambah suplai air sebanyak mungkin. Baik dengan meningkatkan kapasitas air di Buaran 1, 2, dan Pulo Gadung yang kapasitasnya dinaikkan hingga 10–15%,”terangnya. Masalah lainnya adalah tingkat kebocoran yang tinggi. Sampai saat ini tingkat kebocoran air minum di DKI mencapai 46%.
Padahal, idealnya tingkat kebocoran air minum itu hanya mencapai 25%. Untuk itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menargetkan tingkat kebocoran air minum ini dapat ditekan hingga 25% pada tahun 2022. Pemprov juga meminta pada dua distributor air di Jakarta, PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta untuk menyeimbangkan utang pemprov ke operator air (rebalancing). Namun, untuk menekan angka ini tidaklah mudah.
Humas PT Palyja Meyritha Maryanie menjelaskan, pada akhir 2010 tingkat kebocoran air minum Palyja mencapai 42,3%. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan ketika Palyja baru berdiri pada 1998, saat itu kebocoran mencapai 60%. “Kalau melihat sejarah 12 tahun ini, sebenarnya tidak mudah untuk bisa menekan kebocoran air di Jakarta,”katanya. Tahun ini pihaknya hanya menargetkan menekan kebocoran sebanyak 40%.Untuk menurunkan kebocoran sebanyak 1–2% saja, sudah bagus, mengingat penegakan hukum terhadap penyalahgunaan sarana air minum ini masih kurang tegas.
“Efek jera bagi para pelaku pencurian air ini terbilang tak ampuh. Sebab, hukuman yang diberikan hanya delapan bulan. Setelah itu,bisa saja mereka kembali mencuri air lagi,” katanya. Tersendatnya pasokan air minum di Jakarta dikeluhkan pelanggan. Sarbini,warga Petamburan, Jakarta Barat, sering kali mengalami kesulitan air terutama pada pagi, sore, dan malam hari.Padahal,pada jam-jam itu kebutuhan air sangat besar, bukan saja untuk air minum, tapi juga untuk mandi,dan sebagainya.
“Kalau siang hari airnya cukup lumayan. Tapi, kalau pagi dan malam hari, airnya tidak keluar.Ini kanmenyusahkan,” kata Sarbini. Menurut Sarbini, kejadian mati air ini bukanlah yang pertama kali, tapi sering terjadi. Pihaknya sudah mengeluhkan masalah tersebut saat membayar rekening air. Namun, tidak ada tanggapan serius.
“Kalau lapor ya sudah sering, tapi sampai saat ini masih terus mati,”ujarnya. Keluhan serupa disampaikan Rita,warga Jalan Panjang, Kebonjeruk,Jakarta Barat.Dia mengaku, air sering tidak mengalir ke rumahnya. Kalaupun mengalir, volumenya sangat kecil. “Hampir setiap hari air yang keluar itu kecil. Malah sering enggak keluar. Ini kan merepotkan,”keluhnya. tedy achmad
Post Date : 17 Maret 2011
|