|
JAKARTA--MIOL: Meski Perum Jasa Tirta II menyatakan persediaan pasokan air untuk wilayah DKI Jakarta dan sebagian Jawa Barat dijamin masih terpenuhi hingga akhir tahun ini, pasokan air baku dari Waduk Jatiluhur ke wilayah Jakarta berkurang 30 persen sejak dua pekan lalu. Ini mengakibatkan aliran air PAM kembali bermasalah. Sejumlah pelanggan mengeluh kesulitan mendapatkan air minum, seperti aliran air kecil dan ada pula yang aliran airnya mati total. Seperti dialami W Manulang, 52, warga Rawajati Kalibata, Jakarta Selatan saat ditemui, Sabtu (22/7). Bapak tiga anak ini menyatakan aliran PAM sempat mati total selama lima hari. Setelah berkali-kali menghubungi pihak pengelola, pada Jumat (21/7) air ini baru kembali menyala. "Itupun terbatas. Mulai jam 22.00 WIB-05.00 WIB aliran air mati," keluhnya. Matinya aliran air PAM ini bukan kejadian pertama yang menimpa para pelanggannya. Dua bulan sebelumnya, pengiriman air juga sempat terhenti hingga dua minggu. "Anda bisa bayangkan, lima hari kami susah untuk mandi dan bersih-bersih. Ini kan tidak benar namanya. Mana tanggung jawab PDAM?" kata Manulang. Karyawan Departemen Perindustrian ini akhirnya memilih mengebor tanah untuk membangun sumur baru. Hal ini dilakukan karena dirinya sudah tidak percaya lagi dengan pelayanan PDAM. Sementara itu, menurut Direktur Hubungan Luar dan Komunikasi PT Thames PAM Jaya (TPJ) Ramses Simanjutak, penyebab matinya air pelanggan karena kurangnya pasokan air baku yang sampai ke Jakarta. "Sejak dua minggu lalu, PT TPJ dan PT Palyja memang kekurangan pasokan air baku. Kekurangannya sebanyak 30 persen dari hari normal. Biasanya, pasokan air baku rata-rata 16.000 liter per detik sampai di Kalimalang, tapi sekarang hanya 11 ribu," katanya. Karena itulah, kekurangan pasokan air baku menyebabkan beberapa daerah kesulitan mendapatkan air minum. Ramses minta pelanggan bersabar, karena kekurangan pasokan itu di luar kehendak. "Kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk memberikan pelayanan." Penyebab kekurangan air baku itu, para petani di wilayah Bekasi mengambil pasokan air baku dari Jatiluhur yang melewati aliran sungai di wilayah tersebut. Surutnya air permukaan sungai membuat para petani mengambil air tersebut untuk mengairi persawahan mereka. "Untungnya, saat ini pasokan air sudah mulai membaik dan untuk ke depan kami akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan stake holders terkait agar suplai air baku dari Jaliluhur tidak terganggu," katanya. (DP/Ray/OL-02).Penulis: Heni Rahayu Post Date : 23 Juli 2006 |