|
SITUBONDO - Wabah diare yang menyerang empat Kecamatan di Situbondo, terus memakan korban. Hingga kemarin, banyak warga berjatuhan akibat didera penyakit tersebut. Pasien terbanyak berasal dari wilayah Kecamatan Sumbermalang. Bahkan dua orang meninggal dunia, karena tidak dibawa ke rumah sakit untuk dirawat. Menyusul berikutnya, Kecamatan Jatibanteng, Suboh, dan terakhir Kecamatan Besuki. Data terakhir di Dinas Kesehatan Situbondo, jumlah penderita diare di Sumbermalang dalam sepekan terakhir ini sudah mencapai angka 308 orang. Tidak heran, jika penelitian wabah diare yang dilakukan Tim Kesehatan Provinsi Jatim bersama Dinkes Situbondo itu, dipusatkan di daerah Kecamatan Sumbermalang. Hingga kemarin, tim gabungan ini terus melakukan observasi dan pengambilan sampel di daerah tersebut. Bukan hanya cairan dari muntahan atau berak penderita diare saja. Air yang biasa dikonsumsi warga setempat, juga diambil untuk penelitian lebih lanjut. "Kita belum bisa menyimpulkan penyebab wabah diare ini. Kita masih menunggu hasil dari laboratorium," kata Ptj Kepala Dinkes Situbondo dr Akhmad Khusnul Ibtidak kepada RaBa, kemarin. Dugaan sementara, Tim memang mencurigai sumber air di daerah Sumbermalang yang menyebabkan mewabahnya penyakit diare tersebut. Kecurigaan itu, setelah tim melihat saluran pipa air bersih ke rumah-rumah warga itu dianggap cukup rawan terkontaminasi virus atau bakteri. Sebab, saluran pipa itu diantaranya juga melintasi tempat kotor, seperti got atau peceren. Sehingga rawan terjadi rembesan. "Makanya, kami tadi sudah mengambil sampel air dari sumber tersebut. Baik dari bagian hilir, maupun air di hulu," imbuh Khusnul. Khusnul mengakui, adanya dua korban meninggal di Kecamatan Sumbermalang. Namun, dia tidak mengetahui identitas dan dari desa mana. Karena dua orang yang meninggal itu tidak dibawa ke puskesmas atau rumah sakit untuk memperoleh perawatan. "Memang ada yang meninggal dua orang. Tetapi tidak dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Jadi kami tidak tahu data pribadinya," kata Khusnul. Bahkan, sempat beredar rumor jika mewabahnya penyakit diare itu karena ada sabotase. Itu setelah, tim menemukan pipa bocor di Desa Baderan, yang lokasinya memang bagian selatan di Kecamatan Sumbermalang. Sebab, posisi pipa berbahan paralon itu memang tidak ditanam. Sehingga, mudah cukup mudah untuk dipecahkan. Nah, untuk menyumbat kebocoran pipa itu, tim juga menemukan bungkusan tas kresek. Namun begitu, tim tidak bisa memastikan, apakah bocornya pipa itu karena ada yang sengaja melakukan sabotase atau tidak. Sebab, papar Khusnul, bisa saja pipa itu dipecah karena ada warga yang sangat membutuhkan air. Yang pasti, kebocoran pipa itu juga menjadi bahan penelitian tim. "Kalau soal sabotase atau bukan, itu bukan kewenangan kami. Itu tugas pihak berwajib untuk menyelidiki," imbuhnya. Hanya saja, Khusnul berjanji akan berupaya keras untuk segera memutus wabah penyakit diare tersebut. Diantaranya, tim sudah melakukan sejumlah tindakan. Termasuk, mencampuri tiap sumber mata air dengan bubuk pembersih atau kaforit. Menurut Khusnul, ada dua sumber mata air utama dan enam cabang sumber mata air yang sudah diberi kaforit. Dengan campuran itu, dipastikan air bersih di daerah itu tidak akan terkontaminasi virus atau bakteri lagi. "Karena kalau tidak segera diputus, penderita diare akan terus bertambah. Hal itu jelas membuat biaya pelayanan pasien juga membengkak. Sebab, semua pasien memang digratiskan," imbuhnya. Selain itu, Dinkes kini sedang menyiapkan pembentukan tim Satuan Tugas (Satgas) Kesehatan. Satgas tersebut akan ditempatkan di tiap-tiap dusun, yang warganya banyak terjangkiti penyakit diare. Selain untuk mendata jumlah penderita diare, Satgas juga diwajibkan memberi penyuluhan kepada masyarakat. Mulai soal pentingnya sanitasi lingkungan, pentingnya mengonsumsi air masak, dan sebagainya. "Tim itu terdiri dari petugas puskesmas, serta petugas kesehatan di desa atau dusun. Mungkin mulai besok Satgas ini sudah mulai action," papar Khusnul, kemarin. Sementara itu, hingga kemarin sejumlah penderita diare masih terus berdatangan ke Puskesmas Besuki. Sebab Puskesmas yang dipimpin dr Agus Suprapto ini memang menjadi pusat rujukan para pasien diare dari empat Kecamatan tadi. Kepala Seksi Perawat Puskesmas Besuki Amrozi mengakui, hingga kemarin memang masih ada pasien diare yang datang. Hanya saja, jumlahnya cenderung lebih kecil dibanding dengan hari-hari sebelumnya. "Sekarang yang menjalani perawatan inap tinggal sekitar 20 pasien saja. Mudah-mudahan kondisi ini segera pulih," bebernya. (gaz) Post Date : 29 September 2007 |