Pasien Diare Capai 129 Orang

Sumber:Kompas - 30 September 2008
Kategori:Sanitasi

TANGERANG, KOMPAS - Kejadian luar biasa diare menyerang warga di lima desa di Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Banten. Sampai Senin (29/9), pukul 14.00, jumlah korban diare 129 orang, 31 orang di antaranya sampai saat ini masih rawat inap di Puskesmas Curug.

Pengamatan Kompas hari Senin menunjukkan, semua ruangan di Puskesmas Curug dipenuhi pasien diare. Sampai Senin siang, pasien baru masih berdatangan.

Salah satunya Ny Aisyah (27), yang terserang diare sejak hari Minggu (28/9) pukul 23.30. ”Awalnya saya pikir sakit perut biasa, lalu saya tidur. Sehabis sahur, perut saya mulai terasa tak enak. Setelah shalat, saya sempat tidur. Tetapi pukul 06.30, saya buang air setiap lima menit, sampai akhirnya pukul 10.30, saya langsung ke Puskesmas Curug ini,” cerita Ny Aisyah yang tampak terbaring lemah.

Menurut Aisyah, dia makan makanan yang sama dengan suami dan dua anaknya. Namun, suaminya, Agus (30), dan seorang anaknya, Fauzan (2), masih sehat. Akan tetapi, Anaknya yang bernama Hafiz (5) diserang diare.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dr Hani Herianto yang ditemui Kompas di Puskesmas Curug, Senin siang, mengungkapkan, awal kejadian luar biasa (KLB) diare ini menyerang Curug sejak Rabu (24/9) malam. Korban tersebar di tiga desa, yaitu dua pasien dari Desa Bitung, dua dari Desa Kadu, dan lima dari Desa Curugkulon. Pada hari berikutnya, diare menyerang warga di dua desa lainnya, yakni Desa Kadujaya dan Desa Cukanggalih.

Warga desa tetangga di Desa Ciakor di Panongan dan Desa Serdangkulon di Legok juga ikut terkena diare, tetapi jumlahnya sedikit. Menurut Hani Herianto, sampai kemarin pihaknya masih menyelidiki penyebab KLB diare di Curug. ”Muntahan pasien baru dikirim ke laboratorium Departemen Kesehatan di Jakarta, namun hasilnya belum diketahui.”

Serangan virus

Menurut Hani Herianto, penyebabnya bukan makanan. Sebagian besar pasien diare adalah orang dewasa dan mereka bukan dari masyarakat ekonomi bawah. Sebagian menggunakan air dari sumur pompa.

”Kami perkirakan penyebabnya adalah rota virus (yang tersebar lewat udara. Saat ketahanan tubuh lemah, virus ini masuk,” kata Hani Herianto.

KLB diare ini merupakan kejadian pertama di Curug. Sebelumnya KLB semacam ini terjadi di pantai utara Tangerang, seperti Sepatan dan Teluk Naga. Warga di wilayah itu banyak yang berasal dari keluarga prasejahtera dengan kondisi rumah tidak layak huni dan air tidak layak pakai.

Namun, pasien diare di Curug bukan pasien seperti di pantura Tangerang. ”Bahkan cukup banyak pasien berasal dari keluarga menengah,” ujarnya.

Pengamatan Kompas pada sejumlah pasien diare tersebut menunjukkan mereka adalah keluarga karyawan pabrik di Curug dan sekitarnya.

Menurut Hani Herianto, petugas dinas kesehatan setempat sudah berkeliling desa, mengumumkan melalui pengeras suara agar warga tidak jajan sembarangan, buang air di tempatnya, menggunakan air bersih, dan mencuci tangan dengan sabun.

Petugas memberikan kaporit ke sumber-sumber air di sumur gali di kawasan Curug. Petugas juga meminta warga memberikan kaporit lebih dulu ke dalam air dari sumur pompa sebelum digunakan.

Kepala Puskesmas Curug dr Ester Ibrahim mengatakan, semua pasien diare yang datang ke puskesmas dalam kondisi shock. Jumlah pasien terbanyak pada Sabtu (27/9), 51 pasien.

”Sebenarnya tempat tidur di puskesmas sebanyak sepuluh. Dari jumlah itu sembilan tempat tidur untuk pasien umum dan satu untuk pasien melahirkan,” paparnya.

Kondisi darurat yang terjadi sejak lima hari lalu itu menyebabkan Puskesmas Curug kewalahan. Saat ini jumlah dokter puskesmas hanya tiga orang. Namun karena kondisinya KLB, dokter dari puskesmas terdekat diminta ikut menangani. Saat ini tenaga menjadi 77 orang yang dibagi dalam tiga shift. (KSP)



Post Date : 30 September 2008