Pascabanjir, Sampah Naik 10%

Sumber:Pikiran Rakyat - 14 Mei 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

SOREANG, (PR).- Volume sampah yang diangkut petugas Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengangkutan Sampah Dinas Perumahan, Penataan Ruang, dan Kebersihan (Dispertasih) Kab. Bandung melonjak sekitar sepuluh persen pascabanjir.

Kepala UPTD Pengangkutan Sampah Wilayah Baleendah Moch. Saepuloh ketika ditemui, Rabu (12/5) mengatakan, lonjakan pengangkutan sampah tersebut terjadi selama tiga bulan terakhir ketika banjir menggenangi beberapa wilayah di Kab. Bandung. ”Sampah pascabanjir biasanya berasal dari Kota Bandung karena di sekitar Baleendah dan Dayeuhkolot bermuara di Sungai Cisirung, Cisangkuy, dan Cikapundung,” ucapnya.

Dia mengatakan, lonjakan kapasitas angkutan sampah pascabanjir terjadi di Kec. Baleendah, Dayeuhkolot, dan Banjaran. ”Sampah-sampah itu berupa batang atau ranting pohon yang terbawa arus sungai, peralatan rumah tangga yang hanyut,” kata Saepuloh.

Untuk mengangkut sampah yang sukar dipadatkan itu, terpaksa petugas menambah jumlah ritase karena sampah jenis tersebut mengurangi kapasitas sampah yang seharusnya diangkut truk. ”Misalnya sampah peralatan rumah tangga berupa kursi, itu sulit dipadatkan tidak seperti sampah rumah tangga lainnya sehingga memperkecil jumlah sampah yang seharusnya bisa diangkut,” ucapnya.

Menurut dia, sampah paling sulit diangkut ketika berada di atas air. ”Terpaksa sampah diangkut secara manual karena alat berat sulit menjangkau sampah di permukaan sungai. Belum lagi kalau akses jalan terendam banjir sehingga kami tidak bisa melakukan pengangkutan sampah,” kata Saepuloh.

Delapan persen

Kepala UPTD Pengangkutan Sampah Wilayah Rancaekek Agus Setiawan mengatakan hal serupa. ”Kalau di wilayah Rancaekek yang menangani enam kecamatan, kenaikan ritase akibat mengangkut sampah pascabanjir sekitar delapan persen,” ucap Agus. Sampah pascabanjir yang diangkut, lanjut Agus, sebagian besar berupa barang rumah tangga yang hanyut terbawa banjir.

Minimnya sarana, lanjut Agus, menyebabkan pengangkutan sampah berjalan lambat. ”Kami hanya memiliki 13 truk sampah untuk melayani 52 titik, itu pun sampah di Kec. Cikancung belum terlayani,” kata Agus.

Agus  mengatakan, dalam satu bulan armadanya hanya mampu mengangkut sampah dalam 420 hingga 480 ritase. ”Sampah yang terambil dari tumpukan yang ada, baru 6,14%,” ucapnya. (A-175)



Post Date : 14 Mei 2010