|
SUNGGUMINASA-- Kecamatan Parangloe makin kekeringan. Air bersih di daerah itu makin sulit diperoleh. Kendati belum memasuki puncak musim kemarau. September-Oktober, namun masyarakat setempat sudah merasakan betapa kurangnya persediaan air bersih yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. ''Untuk minum saja, kita harus mengambil di tempat yang cukup jauh. Belum lagi untuk mencuci pakaian,'' ujar seorang warga Parangloe, Minggu 17 Juli. Camat Parangloe, Marsuki S.Sos MM sendiri membenarkan adanya keluhan masyarakat tentang kurangnya persediaan air bersih di daerahnya. Kondisi tersebut bukan kali ini saja dirasakan. Tahun-tahun sebelumnya juga sudah dirasakan. Namun sampai Senin 18 Juli kemarin, belum terlihat adanya upaya nyata yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa. "Sekarang masyarakat membutuhkan program bersifat komprehensip (menyeluruh, red)," ujar Camat Parangloe. Muh Saleh Saud, Lurah Bontoparang menegaskan, dalam upaya mengatasi masalah kekeringan setiap tahun tersebut dibutuhkan tindakan nyata dari Pemkab dengan melibatkan PDAM untuk mendrop air bersih ke daerah tersebut. Itu pun dinilai belum cukup karena masih ada beberapa daerah yang tidak tersuplai. Meski demikian, dia mengharapkan Pemkab mencarikan solusi dengan membuat program yang sifatnya bisa mengatasi kelangkaan atau kurangnya air bersih yang setiap tahun mengancam masyarakat itu. Sesuai pengamatan Fajar, Senin 18 Juli kemarin, aktivitas PDAM mendrop air bersih ke Kecamatan Parangloe masih terus berjalan dari rumah ke rumah dengan mengisi drum-drum yang sudah kosong. Cara itu pun dinilai masih kurang efektif mengingat keterbatasan armada yang dimiliki PDAM. Armada PDAM dianggap tidak mampu menyuplai air bersih ke sejumlah daerah yang juga menghadapi masalah yang sama. Sejumlah masyarakat Parangloe, mengungkapkan, sekarang ini tiap rumah tangga ekstra hati-hati. ''Untuk mandi pun kadang kami harus naik ojek atau menggunakan kendaraan ke tempat lain,'' ujar Hasanuddin, warga Bontoparang. Persoalan yang dihadapi masyarakat Parangloe itu sendiri tergolong sangat kontradiktif dengan kenyataan yang ada. Parangloe merupakan salah satu daerah penyuplai air bersih terbesar ke Makassar dan daerah pertanian lain, seperti Takalar melalui Waduk Bilibili. Namun Parangloe sendiri kekeringan. Karena itu, masyarakat Parangloe mengetuk hati nurani Pemkab lagi agar dalam penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (RAPBD) 2006 mendatang, persoalan pengadaan air bersih untuk Parangloe sudah menjadi skala prioritas. ''Kalau tidak, maka kejadian yang sama bakal terus terulang,'' ujar Hasanuddin. Post Date : 19 Juli 2005 |