Pantura Lumpuh

Sumber:Suara Merdeka - 09 Februari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SEMARANG- Banjir di kawasan Mangkang Kota Semarang dan Weleri Kendal, Minggu (8/2), mengakibatkan jalur pantura lumpuh total. Ribuan kendaraan tertahan lebih dari sembilan jam di sekitar perbatasan Semarang-Kendal. Bahkan, hingga semalam, di daerah Weleri masih terjadi antrean kendaraan.

Genangan juga mengganggu akses transportasi kereta api dan pesawat. Pantauan Suara Merdeka kemarin, ribuan kendaraan tertahan di Mangkang. Mereka terjebak macet 9 jam, mulai pukul 00.00 hingga pukul 09.00.

Pengendara terhalang genangan sedalam satu meter yang merendam jalan raya Mangkang. Antrean kendaraan berderet sepanjang sekitar 10 kilometer, mulai dari Jrakah di sebelah timur hingga Kendal di sebelah barat. Kemacetan juga terjadi di Weleri, arah barat kota Kendal.

Slamet Haryanto, pengemudi bus malam jurusan Madura-Jakarta menuturkan, dia terjebak macet sejak memasuki jalan raya Mangkang. Mula-mula masih bisa berjalan perlahan, namun kemudian macet total. Selama sembilan jam terjebak macet dia mengaku tidak tidur, akibatnya dia merasa ngantuk. "Seharusnya sekarang (pagi kemarin) bus ini sudah sampai Cikampek. Tapi karena macet, entah kapan sampainya," tutur dia.

Meski genangan di Jalan Raya Mangkang berangsur surut mulai pukul 04.30, kemacetan tak segera terurai. Pasalnya, sebagian kendaraan dari arah timur menggunakan jalur sebelah utara, sehingga menutup jalan kendaraan dari arah Jakarta.

Kemacetan mulai terurai ketika aparat kepolisian turun ke lapangan. Baru pukul 09.00, arus lalu-lintas di jalur Mangkang kembali normal. Namun, semua kendaraan akhirnya terjebak macet lagi di Kendal. Sebagian kendaraan kemudian dialihkan ke jalur alternatif di wilayah selatan yang berbukit-bukit.

Macet

Di Kendal, banjir menimbulkan genangan sepanjang 31 kilometer, dengan kedalaman antara 30 centimeter dan satu meter. Genangan hingga satu meter itu terjadi di tiga titik, yakni di pertigaan Makodim 0715/Kendal, di depan kantor Kecamatan Kota Kendal ke arah timur hingga pertigaan Ketapang, dan di depan gudang Dolog wilayah Desa Sumberejo, Kaliwungu.

Genangan terparah muncul sepanjang sekitar tiga kilometer, mulai dari depan Kecamatan Kota Kendal hingga pertigaan Ketapang. Akibat genangan itu, arus lalu lintas dari arah barat macet total mulai jalur pantura Truko, sepanjang lebih kurang 10 kilometer. Adapun dari arah timur arus lalu lintas tersendat mulai dari jalur arteri Kaliwungu, sepanjang sekitar 11 kilometer.

Ratusan kendaraan jenis truk, bus, dan mobil pribadi terjebak kemacetan sejak pukul 11.00. Meski genangan mulai surut, hingga pukul 21.30 arus lalu lintas masih merambat dan belum terurai seluruhnya.

Para pengemudi masih khawatir untuk melintasi wilayah genangan tersebut. Puluhan aparat Satlantas Polres Kendal bersama sejumlah petugas Dishubkominfo Kendal sejak pagi turun ke jalan untuk mengatur arus lalu lintas.

Munculnya genangan banjir di depan Gudang Dolog yang mencapai kedalaman sekitar 1 meter, masih bisa dihindari dengan melewati jalur arteri Kaliwungu. Dari arah barat, kemacetan hanya terjadi di jalur utara pantura, sedangkan dari arah timur terjadi di jalur utara serta selatan. Banjir di jalur pantura, khususnya di wilayah Kecamatan Kendal tersebut disebabkan luapan Kali Blorong.

Banjir terbesar yang terjadi sejak 1991 ini juga merendam ribuan rumah warga di 10 kecamatan di Kendal, yakni Kaliwungu, Kota Kendal, Cepiring, Brangsong, Gemuh, Patebon, Pegandon, Kangkung, Weleri, dan Rowosari.
Genangan terparah dengan kedalaman mencapai dua meter terjadi di Kampung Jombor Barat Kelurahan Ketapang (Kendal), Desa Gempolsewu (Rowosari), dan Desa Rejosari (Ngampel). Bencana tersebut juga merendam ribuan hektare sawah tanaman padi siap panen di sepuluh wilayah kecamatan tersebut.

Gangguan arus lalu lintas akibat banjir juga terjadi di wilayah Demak dan Grobogan. Di Demak, air menggenang di jalan Onggorawe-Mranggen setinggi 40 centimeter dan mengakibatkan arus lalu lintas tersendat.

Sedikitnya lima desa di Kecamatan Mranggen tergenang, yakni Mranggen, Brumbung, Waru, Ngemplak, dan Batursari. Banjir terparah terjadi di Desa Ngemplak dengan ketinggian genangan 50 centimeter hingga satu meter.

Di Grobogan banjir menggenangi tujuh desa di tiga kecamatan. Kecamatan Gubug merupakan wilayah yang paling parah. Hampir seribu rumah yang tersebar di Desa Kuwaron, Rowosari, Gubug, dan Kemiri terendam air antara 40 centimeter dan satu meter.

Air juga merendam lahan pertanian milik warga seluas 374 hektare. Dua kecamatan lain yang juga terkena dampak banjir yakni Desa Tinanding (Godong) dan Mangunsari (Tegowanu).

Posko Siaga

Terkait banjir besar di Semarang dan sekitarnya itu, Pemprov Jawa Tengah menyiapkan tim evakuasi. Minggu (8/2), Sekda Jateng Hadi Prabowo selaku Kepala Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Jawa Tengah mengkoordinasikan tim evakuasi untuk korban banjir dan longsor di Kota Semarang dan sekitarnya. Koordinasi itu melibatkan tim SAR, Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi (Dishubkominfo), dan Kalahar Penanggulangan Bencana Alam.

Sekda mengatakan, Posko Penanggulangan Bencana Provinsi Jateng siaga 24 jam untuk menerima informasi berkait dengan banjir, tanah longsor, maupun kebakaran. Laporan bisa disampaikan via telepon, (024) 3519927-3519932 atau SMS 081225225911.

Akibat hujan Posko Penanggulangan Bencana Provinsi Jateng yang berada di kawasan PRPP juga kebanjiran. ''Selanjutnya, untuk sementara posko dipindah ke kantor Dinas Sosial Provinsi di Jl Pahlawan,'' terang Hadi Prabowo.

Sementara itu, siang kemarin, Gubernur Bibit Waluyo meninjau lokasi banjir di Semarang dan Kendal. Dalam peninjauan itu, dia melihat langsung kondisi banjir sekaligus memberikan instruksi untuk evakuasi dan antisipasi kemungkinan banjir susulan.

''Saya harap, warga padha sabar, tapi aja nganti kelangan kewaspadaan atas segala kemungkinan. Sebab, cuaca masih rawan,'' kata Gubernur. (H9,H6,H21,G15,H37,H41,H40,H1-46)



Post Date : 09 Februari 2009