|
Subang, Kompas - Banjir akibat curah hujan yang sangat tinggi melanda daerah-daerah di pantai utara Jawa Barat sejak akhir pekan lalu. Selain menyebabkan ribuan rumah tergenang dan ribuan hektar sawah terendam, banjir tersebut juga menimbulkan antrean panjang kendaraan yang melalui jalur jalan raya utama pantura, karena air menggenangi ruas jalan tersibuk di Jawa tersebut. Pemantauan Kompas hari Senin (16/2) menunjukkan, banjir terjadi hampir merata di sepanjang pantai utara (pantura), mulai dari Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang, di sebelah barat hingga Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, di sebelah timur. Di beberapa daerah, air bahkan sudah menggenang sejak Jumat pekan lalu. Hari Senin kemarin, arus lalu lintas di jalur jalan raya pantura tersendat di lintasan Desa Sumuradem, Kecamatan Sukra, Indramayu, sejak pagi hingga sore hari. Akibat hujan yang turun tanpa henti sejak Senin dini hari pukul 02.00 hingga pukul 11.00, air di saluran pembuangan Kali Mangsetan meluap dan membanjiri kawasan permukiman, persawahan, dan jalan raya di sekitarnya. Arus kendaraan dari arah timur menuju Jakarta membentuk antrean sepanjang tiga kilometer. Meski tidak sampai macet total, arus kendaraan berjalan tersendat-sendat karena badan jalan tertutup air bah berwarna coklat keruh dan berarus deras. Karena itu, para pengemudi harus berjalan ekstra hati-hati jika tidak ingin terperosok dalam lubang-lubang jalan. Lima hari Sementara itu, penduduk enam desa di Kecamatan Pamanukan, Subang, mengeluhkan tidak adanya kepedulian dari pemerintah daerah setempat terhadap nasib mereka yang daerahnya sudah tergenang air sejak lima hari lalu. Mereka saat ini sangat membutuhkan bantuan bahan makanan dan obat-obatan. Camat Pamanukan Budi Setiadi mengatakan, banjir yang ketiga kalinya dalam sebulan terakhir ini telah merendam sedikitnya 12 desa di wilayahnya. Meski belum bisa menyebutkan jumlah rincinya, Budi mengatakan ada ribuan rumah di enam desa, yaitu Rancasari, Mulyasari, Pamanukan, Pamanukan Ilir, Lengkongjaya, dan Sukamaju yang tergenang air dengan kedalaman 20-150 sentimeter sejak hari Kamis pekan lalu akibat luapan Sungai Cigadung. Sedikitnya 2.000 hektar sawah di enam desa lainnya, yakni Desa Mundusari, Pamanukan Sebrang, Sukareja, Sukasari, Batangsari, dan Rancahilir, terendam air selama empat hari terakhir. Budi mengatakan, para petani di enam desa tersebut sudah menanam ulang padinya dua sampai tiga kali akibat banjir yang melanda sejak Januari lalu. Seorang warga Desa Pamanukan, Hartono (35), mengharapkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Subang segera menurunkan bantuan, terutama obat-obatan, karena saat ini penduduk di daerah genangan mulai terserang berbagai jenis penyakit kulit, diare, dan flu. Menurut Budi, Pemkab Subang sudah membantu bahan makanan berupa mi instan. 12 desa Banjir juga dilaporkan menggenangi 12 dari 13 desa di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban (Tramtib) Kecamatan Kandanghaur Maruto mengatakan, hingga Senin siang tercatat 1.445 rumah tergenang air dengan kedalaman 30-150 sentimeter dan 3.893 hektar sawah yang berisi tanaman padi berusia 15-60 hari terendam sejak Jumat lalu. Selain itu, tanggul saluran sekunder Kali Bojong di Desa Karanganyar, Kandanghaur, juga jebol sepanjang 30 meter, menyebabkan sawah dan permukiman di sekitarnya dibanjiri air dari saluran tersebut. Menurut Maruto, banjir tahun ini terjadi hampir merata di seluruh kecamatan karena curah hujan yang tinggi dan turun terus-menerus sejak pekan lalu. Di tempat terpisah, Camat Sukra Yayat Mulyanto menyebutkan, empat dari 14 desa di wilayahnya terlanda banjir akibat hujan sejak Senin dini hari. Yayat mengatakan, secara umum banjir di Sukra disebabkan oleh luapan sungai-sungai yang tersumbat sampah akibat penyempitan. "Masyarakat menanam tanaman keras di bantaran sungai. Pada waktu hujan turun, sampah yang hanyut di sungai nyangkut di ranting-ranting pohon tanaman tersebut sehingga menyebabkan penyumbatan," paparnya. (DHF) Post Date : 17 Februari 2004 |