|
WATES, KOMPAS - Luapan air sungai akibat curah hujan deras selama beberapa hari terakhir berdampak terhadap pencemaran pantai. Hampir seluruh wilayah pantai di Kulon Progo, Selasa (25/11), terlihat kotor karena tertutup sampah dari daratan yang terbawa arus sungai hingga ke laut. Begitu sampai di muara, sampah segera dibawa oleh ombak dan diendapkan kembali di pantai. Pada proses tersebut, arus susur pantai juga ikut andil dengan membawa sampah menjauhi muara sungai hingga beberapa kilometer lebih dulu, sebelum akhirnya mengendap di pantai. Pantai Trisik dan Bugel, misalnya, terlihat kotor akibat tertutup sampah yang terangkut aliran Sungai Progo. Pantai berpasir hitam itu kini penuh dengan plastik, patahan dahan dan ranting pohon, serta aneka kemasan makanan dan minuman. Sejumlah wisatawan yang berkunjung ke Pantai Trisik tak urung mengeluhkan kondisi pantai yang kotor. Andai pantai lebih bersih, tentu kami akan merasa lebih nyaman berjalan kaki di sekitarnya. Sebagai obyek wisata yang mengandalkan keindahan alam, seharusnya kebersihan pantai lebih dijaga, ujar Kristina (36), turis lokal dari Yogyakarta. Kendala Tidak hanya mengganggu keindahan panorama, tumpukan sampah juga menjadi kendala bagi nelayan. Sampah kerap kali tersangkut di jaring perahu mereka dan sulit dibersihkan. Tak jarang sampah merusak jaring sehingga nelayan tidak bisa segera melaut karena harus memperbaiki jaring-jaring tersebut terlebih dulu. Kalau kerusakannya cukup parah, terpaksa kami harus ganti jaring baru, dan itu tentu butuh biaya besar. Harga satu set jaring bisa mencapai jutaan rupiah tergantung kualitasnya, kata Imbar, seorang nelayan Pantai Bugel. Kepala Subdinas Pengembangan Wisata Kulon Progo Djaka Prasetya mengakui bahwa pemeliharaan kebersihan pantai menjadi tanggung jawab Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Akan tetapi, upaya tersebut belum dapat berjalan maksimal karena keterbatasan tenaga dan anggaran. Kami hanya memiliki sembilan tenaga kebersihan pantai. Tiga orang berada di Pantai Trisik, lima orang di Pantai Glagah, dan satu orang di Pantai Congot. Mereka pun hanya bekerja tiga kali seminggu, setiap Senin, Rabu, dan Sabtu, karena hanya dibayar Rp 250.000 per bulan, tutur Djaka. Oleh karena itu, Djaka juga berharap partisipasi aktif dari para pelaku wisata pantai untuk mau menjaga kebersihan lingkungan secara bersama-sama. Sampah yang telah terkumpul akan diangkut dengan truk dari Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebersihan Kulon Progo yang siap beroperasi. (YOP) Post Date : 26 November 2008 |