Pantai Barat Aceh Banjir

Sumber:Kompas - 26 Oktober 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Banda Aceh, Kompas - Hujan yang turun terus-menerus sejak Selasa (23/10) menyebabkan wilayah pantai barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terendam banjir. Ribuan warga di beberapa kabupaten dan kota pada kawasan itu terpaksa mengungsi meninggalkan rumah mereka yang tergenang air.

Zakaria Tinambunan, Kepala Desa Dah, Kota Subulussalam, salah satu kawasan terparah yang dilanda banjir, Kamis (25/10), mengatakan, ketinggian air di wilayahnya masih berkisar 2 hingga 2,5 meter. Air yang merendam wilayah mereka mengalir dari daerah Krueng Alas dan Krueng Soraya.

Zakaria juga mengatakan, air yang merendam desanya berwarna kecoklatan dan menghanyutkan beberapa potong balok-balok kayu, berukuran diameter 50 sentimeter lebih.

"Tetapi, kayu tersebut bukan akibat pemotongan. Kayu-kayu itu merupakan batang kayu lama yang tercabut bersama akarnya karena tanahnya mengalami longsor," tutur Zakaria.

Camat Darul Makmur Teuku Jon Merli menjelaskan, dari 56 desa yang ada di kecamatannya, tujuh di antaranya dilanda banjir. Ketujuh kecamatan itu Desa Neubok Ye PK, Desa Neubok Ye PP, Desa Mon 2, Desa Ujung Krung, Desa Panton Pange, Kemukiman Tripa Ateh, dan Kemukiman Seuneuam.

Menurut Jon, ketinggian air di wilayah yang terkena banjir sudah mulai surut hingga 50 sentimeter. Namun, warga khawatir banjir susulan bakal terjadi karena cuaca masih mendung.

Ia menerangkan, banjir di wilayahnya disebabkan oleh meluapnya dua sungai yang melintas di kawasan tersebut, yaitu Krueng Tripa dan Krueng Lamnyi. Kedua sungai tersebut, menurut Jon, terlalu banyak cekungan dan belokan sehingga air deras dari hulu tidak mengalir lancar saat berada di hilir.

Sementara jumlah total pengungsi yang diperoleh Kompas masih simpang siur. Zuhri, anggota DPRD Kabupaten Nagan Raya, mengatakan, sedikitnya ada 9.000 jiwa yang kini telah mengungsi.

Jelang panen

Zakaria menjelaskan, sebelum banjir melanda kawasan tersebut, sebenarnya warga desa sedang bersiap-siap untuk memanen padi yang telah ditanamnya sejak beberapa bulan lalu. "Kami sedang sedih karena panen kali ini gagal," ujarnya.

Dia menjelaskan, dari total 245 kepala keluarga, 149 KK yang tinggal di desa tersebut menghidupi keluarganya dengan bercocok tanam. "Musnah sudah penghidupan warga kami," tuturnya.

Meski bantuan dari pemerintah setempat sudah sampai di tingkat kecamatan dan desa, bantuan berupa bahan kebutuhan pokok tersebut masih belum tersalurkan secara optimal.

Pada hari pertama banjir, Gubernur NAD Irwandi Yusuf menyatakan, pihaknya tidak bisa memberikan bantuan secara maksimal kepada korban banjir. Namun, dia berharap setiap pemerintah daerah menyalurkan seluruh bantuan yang ada dalam waktu tiga hari. (mhd)



Post Date : 26 Oktober 2007