|
SEKITAR 2,5 jam diguyur hujan sebagian wilayah Pangkalpinang kembali terendam. Ketinggian air mulai lima sentimeter hingga 30 cm. Daerah yang parah sebagian besar Kelurahan Genas Kecamatan Tamansari. Di jalan H A Rachman Siddiq (Jalan RRIred), ketinggian air mencapai 25-30 cm. Demikan pula di Jalan Balai kelurahan yang sama. Sejumlah daerah lainnya seperti Jalan A Yani, Jalan Trem, Kampung Opas, Rangkui dan Bukit Tani juga terendam air.Ratusan rumah di Kelurahan Genas, Bukit Tani, Jalan A Yani, Jalan Trem, Jalan ALRI dan beberapa sudut Kota Pangkalpinang terendam air. Banjir kemarin itu dipicu hujan deras sekitar pukul 12.30 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Dikarenakan Sungai Rangkui tidak mampu lagi menahan pasokan air dari daerah sekitarnya, menyebabkan air meluap.Tanpa bisa dibendung air masuk ke rumah warga sekitar. Masyarakat yang terlanda banjir tampaknya tak lagi menganggap peristiwa itu luar biasa. Mereka misalnya, hanya menyesal bahwa sudah terlanjur membersihkan rumah sebelumnya. Entah bagaimana harus menyelesaikan masalah banjir di sini. Setiap hujan lebat, sudah dipastikan rumah kami tergenang, ujar Sofyan, warga Kelurahan Genas ini, sembari menimba air dari dalam rumahnya. Jika hujan satu jam saja, hampir dipastikan Jalan RRI ini terendam air. Terpaksalah saya harus mencari jalan lain, ujar Rudi, sembari membelokkan motor ke arah Kacangpedang. Sebagian besar pengendara motor yang hendak menuju ke arah Sungailiat dari arah Jalan Koba, Selasa (11/4) kemarin sekitar pukul 15.00 WIB, terpaksa berbelok ke arah Simpang DKT untuk menghindari banjir. Pasalnya sebagian ruas Jalan A Yani dan A Yani dalam (Jalan Pasar Pagired) tergenang air. Dari sudut geomorfologis, Kota Pangkalpinang amat rentan terhadap ancaman banjir. Sebagian besar berada di dataran rendah, bahkan lebih rendah dari permukaan laut. Faktor tingginya curah hujan juga memberi sumbangan yang signifikan terjadinya banjir di Pangkalpinang dan kawasan sekitarnya. Demikian pula, ketidakdisiplinan pemerintah dan masyarakat dalam memelihara lingkungan, melanggar tata ruang langsung maupun tak langsung ikut andil bagi terjadinya banjir. Sesalkan Pemkot Sementara, Salim said (43) warga Jalan Balai menyesalkan Pemkot Pangkalpinang yang seakan tidak memperhatikan kondisi yang terjadi dimasyarakat. Saya sudah 43 tahun tinggal di Jalan Balai. Sejak itu pula daerah tempat saya tinggal tersebut selalu digenangi oleh banjir saat datang hujan. Ngapa pemkot Pangkalpinang tidak pernah memperhatikan kondisi warga yang selalu kebanjiran padahal dana untuk itu kan ada. Selain itu banjir juga selalu membuat resah warga yang terendam banjir, seperti beberapa waktu lalu di daerah Jalan Balai ada anak kecil yang hanyut terbawa arus air yang deras akibat banjir, tanya Salim. Effendi, toko pemuda Tamansiswa mengatakan bahwa proyek-proyek yang mengatsi banjir terkesan tidak tepat sasaran.Apa selama ini birokrasi pemkot Pangkalpinang tidak pernah merasakan yang terjadi di kalangan masyarakat. Seperti proyek pembangunan gapura untuk apa kan lebih baik dipergunakan untuk keperluan masyarakat yang lebih panting seperti merenofasi selokan sekitar rumah warga sehingga saat hujan datang bisa menampung air lebih banyak dan akan mengurangi risiko banjir, ujar Effendi. Perahu Karet Banjir yang hampir menggenangi hampir Kota Pangkalpinang ini tidak serta merta dilewatkan anak-anak di Jalan A Yani Pangkalpinang. Tidak hanya menyempatkan mandi di genangan air seukuran setinggi lutut orang dewasa, anak-anak pun berenang dengan menggunakan perahu karet layaknya di sebuah taman. Dengan dinaiki sekitar empat orang anak berusia sekitar sepuluh tahun, anak-anak ini tampak gembira dan tidak ingin melewatkan sama sekali banjir yang menggenangi jalan raya. Seolah-olah tanpa beban anak-anak ini duduk manis di atas perahu karet sambil tertawa geli kepada warga yang melihatnya. Kondisi banjir pun cukup parah di gang kecil dekat Apotik Kimia Farma, padahal selama bertahun-tahun simpang gang ini tidak pernah menikmati yang namanya banjir. Namun, tatkala hujan turun cukup deras membuat rumah-rumah disekeliling gang kecil ini banjir, bahkan air memasuki rumah warga. Sama halnya dengan anak-anak yang menggunakan perahu karet, anak-anak tinggal di gang kecil ini juga senang karena bisa berenang sekaligus mandi. Tidak terasa geli dan jijik, anak-anak ini tetap tidak menghiraukan ocehan orangtuanya. Kami mandi, tadi kami berenang, ni baju kamilah basah, celetuk salah satu anak yang semua pakaiannya kuyup kebasahan. Pantauan harian ini di lapangan, terlihat warga sedang menyapu tumpahan air ke rumah dengan menggunakan sapu lidi. Dengan bantu membantu akhirnya air bisa dikeluarkan dari rumah meski alat-alat rumah tangga lembab akibat tergenang air. Biase e ndak pernah banjir, namun ndak tahu tiba-tiba air masuk rumah, ujar pemuda setengah baya sambil membersihkan air yang masuk ke dalam rumahnya.(doi/may/h9) Post Date : 12 April 2006 |