|
Jakarta, Kompas - Setelah menyelesaikan pembahasan target pelayanan 2008-2012, PT Palyja mengusulkan kenaikan tarif air bersih di Jakarta sampai 20 persen. Kenaikan tarif diperlukan karena operator PT PAM Jaya itu membutuhkan dana sekitar Rp 200 miliar untuk diinvestasikan pada perbaikan jaringan pipa. Selain itu, pelayanan konsumen pada 2009 perlu ditingkatkan. ”Kenaikan tarif air bersih pada 2009 diperlukan karena kenaikan tarif dilakukan terakhir kali pada awal 2007. Padahal, inflasi selama dua tahun ini sekitar 20 persen. Kondisi itu menyebabkan PT Palyja mengusulkan kenaikan tarif minimal 20 persen,” kata Komisaris PT Palyja Bernard Lafrogne, Kamis (11/12) dalam Workshop Jurnalis di Ciater Spa Resort, Kabupaten Bandung. Lafrogne mengatakan, inflasi telah menyebabkan harga air baku dan bahan kimia pembersih air naik. Hal itu menyebabkan selisih antara biaya produksi dan harga jual menipis dan membuat PT Palyja kesulitan mendapatkan keuntungan yang dapat diinvestasikan lagi bagi perbaikan pelayanan. Sebelumnya, Direktur Utama PT PAM Jaya Hariadi Priyohutomo mengatakan, Pemprov DKI akan terjebak dalam utang kepada operator jika tidak menaikkan tarif air. Pada 2009, kata Lafrogne, PT Palyja akan menggunakan dana sekitar Rp 200 miliar itu untuk memperbaiki dan mengganti sekitar 150 kilometer pipa. Perbaikan dan penggantian jaringan pipa sampai 2012 ditargetkan mencapai 877 kilometer dan investasi yang dibutuhkan mencapai Rp 831 miliar. Perbaikan dan penggantian pipa mutlak diperlukan untuk mengurangi tingkat kehilangan air karena banyaknya pipa yang tua dan bocor. Tingkat kehilangan air dari PT Palyja saat ini mencapai 45 persen dan ditargetkan turun menjadi 44 persen pada 2009. Tingkat kehilangan air pada 2012 ditargetkan turun menjadi 40 persen. Dalam pembahasan target yang baru, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga menargetkan adanya penambahan jaringan pipa primer berdiameter 400 milimeter sampai 1.500 milimeter sepanjang 20,8 kilometer sampai tahun 2012. Jaringan pipa primer itu diperlukan untuk menambah tekanan dan pasokan air ke Jakarta Utara, yang saat ini selalu minim pasokan. Peningkatan pelayanan itu, kata Lafrogne, diharapkan mampu menarik 22.000 pelanggan baru pada 2009 dan membesar menjadi 83.000 pelanggan baru pada 2012. Di sisi lain, perbaikan instalasi pengolahan air (IPA) Pejompongan I yang telah berusia 55 tahun dan IPA Pejompongan II yang berusia 43 tahun juga diprioritaskan dalam pembahasan peningkatan target PT Palyja sampai 2012. ”Peningkatan pelayanan akan berdampak baik bagi masyarakat, pemerintah, dan PT Palyja,” kata Lafrogne. Untuk mengatasi kehilangan air akibat kebocoran pipa, Palyja mengembangkan teknologi injeksi gas helium di jaringan pipa air. Kadar gas helium itu diukur di beberapa lokasi. Pengurangan kadar gas helium menunjukkan adanya kebocoran yang harus segera diatasi. Pengembangan jaringan pipa Selain itu, Palyja juga mengembangkan jaringan pipa tertutup di lokasi-lokasi tertentu. Jaringan pipa semacam itu sangat mudah dipantau sehingga tingkat kebocoran sampai kebutuhan warga dapat dideteksi dengan mudah. Sejak tahun 2006 sampai dengan 2008, Palyja telah memperbaiki dan mengganti 3.700 kilometer pipa dan 5.100 kilometer pipa yang ada. Penurunan tingkat kehilangan air selama kurun waktu itu dapat mencapai 3 persen atau menyelamatkan lebih dari 9 juta meter kubik air dalam setahun. Pencegahan kebocoran juga dilakukan dengan operasi anti-ilegal atau operasi antipencurian air. Sepanjang 2008 telah dibongkar 2.300 sambungan air liar. Dua di antara pencuri air itu sudah divonis penjara 8 bulan dan 7 bulan. (ECA) Post Date : 12 Desember 2008 |