Palyja Minta Tarif Air Naik 22,7%

Sumber:Koran Sindo - 08 Januari 2009
Kategori:Air Minum

JAKARTA(SINDO) – PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) meminta kenaikan tarif air bersih berlangganan sekitar 22,7%,karena kenaikan biaya produksi dan distribusi.

Komisaris Palyja Bernard Lafrogne mengatakan, pihaknya meminta kenaikan tarif air 22,7% dari tarif air bersih yang selama ini berlaku umum, yaitu sekitar Rp6.500 per kubik.Permintaan ini terkait dengan investasi yang akan dilakukan Palyja untuk meningkatkan pelayanan air bersih yang mencapai Rp856 miliar untuk periode 2009–2012. Bernard menambahkan, permintaan kenaikan tarif itu sudah dilaporkan ke Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Sementara kenaikan tarif ini diperlukan karena termasuk dalam rebaising atau evaluasi kontrak lima tahunan yang berisi program, investasi, dan target perusahaan lima tahun ke depan. Dengan adanya inflasi yang terjadi saat ini, jika tidak ada kenaikan tarif maka investasi tidak dapat berjalan sepenuhnya.

”Antara kenaikan tarif dan investasi yang akan kami lakukan itu harus sesuai. Tidak bisa berjalan sendiri-sendiri,” kata Bernard kemarin. Kenaikan tarif ini, imbuh Bernard, mendesak dilakukan karena belum ada perubahan tarif air bersih yang dibebankan kepada pelanggan selama dua tahun terakhir. Selama dua tahun terakhir, inflasi yang terjadi di Indonesia sudah mencapai 20%.

”Namun walaupun mendesak, kita tidak dapat menaikkan secara sepihak karena harus ada persetujuan dan pengumuman resmi dari Pemprov DKI Jakarta,” ujarnya. Terkait dengan rebaising, Bernard mengaku telah menyelesaikan dan melaporkannya ke gubernur. Dalam rebaising itu, investasi yang akan dilakukan tercatat mencapai Rp856 miliar.Dana investasi yang cukup besar itu akan digunakan bagi peningkatan pelayanan kepada pelanggan, peningkatan kualitas air bersih,perbaikan pipa, dan penyambungan saluran baru.”Pada 2008,kami menginvestasikan Rp175 miliar untuk ganti pipa dan perluasan,” ucapnya.

Dalam evaluasi kontrak tersebut, pihaknya juga berjanji akan menurunkan non revenue water atau tingkat kebocoran air sebanyak 45%.Pada 2012, tingkat kebocoran air akan diturunkan menjadi 35%. Fauzi Bowo belum mau memberikan tanggapan atas permintaan kenaikan tarif air itu.Dia hanya mengomentari mengenai rebaising yang harus diselesaikan secepatnya oleh Aetra. Menurutnya, awal tahun ini seharusnya rebaising yang diajukan setiap lima tahun sekali itu selesai.

”Waktunya sudah mepet. Kalau telat akan mengakibatkan short fall,”jelasnya. Di bagian lain, sedikitnya 384 dari 640 depot air isi ulang di Jakarta Barat tidak memiliki perizinan, bahkan tidak sedikit air isi ulang yang mengandung bakteri ecoli. Wali Kota Jakarta Barat Djoko Ramadhan mengatakan, menjamurnya usaha tersebut karena mudahnya proses mendapatkan suplai air dari perusahaan air tanpa mengeluarkan biaya besar. ”Kami sudah instruksikan untuk menertibkan depot yang melanggar agar tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat,”katanya.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Barat IB Banjar menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui, dari 63 depot yang dijadikan sampel, 56 depot mengandung bakteri. ”Ada tujuh tempat usaha isi ulang yang benar-benar positif mengandung bakteri ecoli,”ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emawati menuturkan, pihaknya akan menutup dan mencabut sertifikat pemilik air minum isi ulang jika terbukti air yang dijualnya tercemar bakteri ecoli. (neneng z/sucipto)



Post Date : 08 Januari 2009