|
JAKARTA -- Untuk mengurangi kehilangan air akibat kebocoran, PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) menggunakan teknologi deteksi dengan menggunakan gas helium. Akibat kebocoran air, perusahaan yang menjadi mitra PAM Jaya ini mengalami kerugian Rp 10 miliar per bulannya. ''Kami berharap dengan teknologi ini dapat mengurangi permasalahan yang ada, khususnya masalah kebocoran yang berdampak signifikan terhadap konsumen Palyja,'' tegas Kumala Siregar, Direktur Institusional Palyja, Rabu (7/9). Tetapi pemantauan dengan teknologi helium masih mengandung kekurangan, karena harus merusak dengan mengebor dataran sedalam 1,5 meter, seperti jalan aspal dan jalan beton. ''Hal ini terpaksa dilakukan karena seluruh pipa Palyja di Jakarta dalam kondisi tidak kasat mata, ada di bawah permukaan tanah,'' tegas Tunk Tunk Erk, Manajer Area Pusat. Total kebocoran air yang dialirkan Palyja sampai tahun Agustus 2005 sebesar 47 persen dari total distribusi air sebanyak 138 juta meter kubik per tahun.''Angka kebocoran ini sudah menurun jika dibanding pada tahun 1998 sebesar 60 persen,'' tegas Tunk. Kebocoran terbesar justru terjadi di wilayah Jakarta Pusat, karena tingkat konsumsinya yang tinggi. Kebocoran itu bisa disebabkan karena pencurian air secara ilegal maupun bocornya pipa. Akibat bocornya pipa, banyak pelanggan Palyja yang mengeluh tidak menerima lairan air atau aliran terlalu kecil, ungkap Ratna Indrayani, Manajer Humas Palyja. Pelanggan Palyja saat ini mencapai 440 ribu sambungan pipa dan 11 ribu pelanggan tidak menerima pasokan air sama sekali atau konsumsi nol. Di antara 440 ribu tersebut, 130 ribu pelanggan berada di Jakarta Barat, 150 ribu di Jakarta Selatan dan 160 ribu di Jakarta Pusat. Kebocoran pipa yang terjadi di Jakarta Barat terbesar mencapai volume tiga liter per detik. Dengan kebocoran itu, jelas Robert, bisa untuk memenuhi kebutuhan air 375 pelanggan per harinya. ''Sebuah rumah biasanya mengonsumsi 25 meter kubik air per harinya,'' kata Ratna. Untuk pencuri air, Palyja memberikan tawaran untuk pemasangan penyambungan baru dengan denda tujuh bulan langganan. ''Bila tidak bersedia langsung diputus,'' sela Tunk. Memang, sampai saat ini belum ada perangkat hukum yang mengatur pencurian terhadap air. Tetapi di masa datang, pihak Palyja akan menindaklanjuti ke aspek hukum, tambah Tunk. Sudah dua bulan terakhir Palyja memonitor kebocoran pipa di wilayah Jakarta Barat. ''Sudah sekitar 90 kasus kami temukan dengan pemutusan langsung,'' tegasnya. Sedangkan titik rawan bocor di daerah Jakarta Barat mencakup wilayah Duri Kosambi, Semanan, Kalideres. Kompensasi untuk pelanggan dengan konsumsi nol, Palyja menyediakan pengiriman tangki air secara gratis. Untuk prediksi kehilangan air, Palyja tidak memasang target.''Kami berharap pada tahun 2007 kehilangan air berkurang.(c38 ) Post Date : 08 September 2005 |